Jakarta: Menduplikasi semarak konser musik ke layar ponsel pintar atau komputer jinjing tentu hal mustahil. Tetapi, menawarkan konsep-konsep alternatif dengan pengalaman baru bisa jadi jawaban di tengah situasi pandemi ini. Soundstream adalah salah satu konser virtual yang mencoba menghadirkan pengalaman maksimal menikmati musik dengan spektrum internet.
Soundstream edisi perdana, tayang pada Sabtu, 1 Agustus 2020, pada pukul 21.00 via platform Loket.com. Tiket dijual seharga Rp45 ribu. Setelah pembelian, kita mendapat tiket virtual yang juga berisi tautan menuju “arena” konser. Pada edisi perdana ini, Soundstream menghadirkan Hondo, Sal Priadi, Vira Talisa, dan Barasuara.
Salah satu pengalaman yang sangat dirasakan dari konser virtual ini adalah kualitas audio yang baik. Konser virtual dapat disajikan dengan berbagai cara. Mulai dari live streaming, sampai pra-rekam. Soundstream merupakan konser virtual pra-rekam. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan kualitas rekaman, baik visual maupun suara. Hasilnya, bisa dibilang konser virtual ini memiliki kualitas suara yang sangat baik.
Konser dibuka dengan penampilan Hondo. Pasangan kekasih Kamga dan Chevrina menghadirkan nuansa gelap lewat musik yang pekat, minimalis, dan menghayutkan lewat dua singel sekaligus Thirty, dan Soldier.
Dalam jumpa pers Soundstream, beberapa waktu lalu, Kamga sempat menceritakan bahwa singel Soldier lahir dari refleksi situasi kehidupan. Bahwa siapa saja, mau tidak mau, bisa menjadi seorang “soldier”. Bukan atas kehendaknya sendiri, tetapi atas tuntutan keadaan dan realita hidup.
Sal Priadi adalah penampil kedua Soundstream, tampil dengan situasi dalam ruangan yang remang. Sal tetap menyematkan salah satu karakteristiknya, yaitu unsur teatrikal, dalam konser virtual ini. Sal jadi satu-satunya penampil yang mengajak serta seorang penari yang merespons penampilan musikalnya di atas panggung dengan gerakan yang liar dan bebas.
Di akhir penampilannya, Sal mengajak Vira Talisa untuk membawakan salah satu lagu terbaiknya, Amin Paling Serius.
Vira Talisa menyambung penampilan Sal, dengan set tempat yang sama. Vira membawakan tiga lagu berturut-turut, Primavera, If I See You Tommorow, dan Walking Back Home.
Dalam konser ini, tak ada komunikasi antar penampil, termasuk komunikasi saat transisi lagu. Kita seperti disuguhkan video musik live yang eksklusif. Inilah sekiranya keunikan dari konser virtual. Berbeda dari konser-konser pada umumnya, konser virtual benar-benar harus memaksimalkan keterbatasan. Jika ingin kualitas tata suara dan visual yang baik, tentu pra-rekam jadi jawaban. Tetapi konser pra-rekam yang ditayangkan streaming menihilkan interaksi antara musisi dengan penonton.
Sedangkan alternatif lain, konser virtual live, biasanya memiliki kendala teknis terkait kualitas audio dan video. Kalaupun kendala itu dapat disiasati, tentu dibutuhkan kualitas internet yang sangast baik, dari pihak penyiar dan penerima. Tentu akan menjadi anti-klimaks jika menikmati konser virtual, namun harus tersendat di tengah lagu karena alasan internet buruk.
Lepas dari keduanya, dalam situasi seperti ini, kita dituntut untuk mengatur parameter-parameter baru, tentang bagaimana menikmati hiburan di era tak bisa kemana-mana.
Soundstream seri perdana mendaulat Iga Massardi sebagai penampil terakhir. Agaknya Iga menjadi kesimpulan yang lugas tentang apa yang kita semua hadapi, yaitu “krisis hiburan.” Sebuah istilah yang dia gunakan juga sebagai judul lagu dalam proyek solonya.
Soundstream rencananya akan digelar secara berkala. Dua seri selanjutnya akan digelar pada 15 dan 29 Agustus 2020.
“Konsepnya bukan various artists seperti sekarang, jumlah penampil dan musisinya juga pasti akan berbeda. Jadi, akan selalu ada yang baru dari Soundstream ini dan tentunya jangan sampai terlewatkan,” pungkas Kukuh Rizal Arfianto selaku creative director Soundstream