Jakarta: Band Noah baru saja merayakan ulang tahun kedelapan pada 16 September 2020. Perjalanan penuh liku dilalui Ariel, Lukman dan David, selama sewindu berkarya.
Dalam panji Noah, mereka sudah menghasilkan dua album yaitu, Seperti Seharusnya (2012) dan Keterkaitan Keterikatan (2019) yang baru saja dirilis. Mereka sempat merilis album Second Chance (2014) yang berisi musik instrumen lagu-lagu lama dan album Sings Legends (2016) di mana mereka menyanyikan lagu-lagu milik legenda musik Indonesia.
Bagi Ariel, Lukman dan David, delapan tahun hanyalah permulaan. Meski terkadang dilanda kejenuhan, Ariel menjamin Noah masih jauh kata berhenti berkarya. Noah masih terus diselimuti rasa lapar.
“Sejauh ini selagi masih membicarakan masa depan terus, masih ada yang kami cari, masih lapar. Itu ampuh mengatasi jenuh. Kami ngapain lagi ya? Terus bikin ini, bikin itu. Itu jadi obat kejenuhan,” kata Ariel Noah.
Masih banyak perjalanan yang ingin mereka tempuh di lintasan musik Tanah Air. Ariel dan kawan-kawan banyak berkaca dari musisi luar negeri. Bukan hanya dari urusan musik, tapi juga aspek lain seperti aksi panggung.
“Dari segi teknis banyak belajar. Secara panggung juga kita harus mengukur sama industri luar. Itu yang harus kita kejar ke sana (industri musik luar negeri). Kenapa orang rela bayar mahal buat nonton konser mereka itu berarti pertunjukkannya sangat menarik. Kami belum bisa sampai ke situ,” kata Ariel.
“Kami masih lapar ilmu,” ucap Lukman mengamini perkataan Ariel.
Untuk terus bertahan dan tetap relevan, Noah pun coba beradaptasi dengan banyak hal, khususnya teknologi musik yang berkembang pesat. Mereka juga turut mengamati sejumlah musik populer dan yang sedang trending. Lewat cara ini, Noah tak mau tergerus zaman dan tampak tertinggal jauh.
“Selama delapan tahun ini banyak banget adaptasi yang kami lakukan. Kami coba bikin bebarapa hal. Misalnya mau bikin 360 sound-nya. Kami lagi pelajari banyak hal. Biar tone-nya tetap yang kami suka tapi kemasannya up to date,” kata David.
Titik Terendah
Dalam perjalanan menuju ke posisi ini, Noah harus ditinggal dua personel utamanya yaitu Reza (drum) dan Uki (gitar). Reza harus pergi meninggalkan Noah pada 2014, sedangkan Uki keluar saat album Keterkaitan Keterikatan hendak lahir.
Reza memutuskan keluar dari Noah pada 2014, sedangkan Uki pergi meninggalkan band yang dulu bernama Peter Pan itu pada 2019. Alasan keduanya keluar dari Noah pun mirip, yaitu sama-sama ingin mendalami ilmu agama. Momen ini pula yang menjadi salah satu titik terendah Noah.
“Pas beberapa teman kita memutuskan mengerjakan sesuatu yang lain (keluar dari band). Wah ini bagaimana? Itu salah satu titik terendah,” kata Ariel.
Proses pembuatan album Keterkaitan Keterikatan juga sempat membuat mereka dilanda frustrasi. Proses pembuatan album memakan waktu lama karena band asal Bandung ini ingin terdengar sempurna.
“Pada saat kita mulai album terakhir juga lumayan jadi titik terendah. Enggak habis-habis. Pas kita bikin kayaknya warnanya juga sama saja. Apa kita sudah enggak mampu lagi? Apa kurang waktu? Tapi waktunya malah banyak banget. Itu lumayan jadi titik terendah,” jelas Ariel.
Ariel, Lukman, David dan Uki kala masih tergabung Noah terbilang kumpulan orang yang perfeksionis untuk membuat album. Bagi mereka, urusan membuat album bukanlah urusan sembarangan.
Sebagai band yang sudah puluhan tahun hidup, Noah pastinya sudah punya ciri khas tersendiri di musik mereka. Namun, karena tak mau mengulang formula yang sama itulah, album Keterkaitan Keterikatan dibuat dengan waktu yang lama. Mereka ingin keluar dari bayang-bayang album pertama Noah atau bahkan Peter Pan.
“Kalau dengar hasil rekaman sendiri puas, tapi saat didengarkan dan dibandingkan dengan karya musisi lain, kayak Coldplay atau One Republic kok masih kurang ya. Kenapa vokal mereka bisa jelas terus musiknya jelas. Itu ilmunya agak susah. Itu yang masih bikin penasaran. Walau di album ini sudah mendingan. Tapi engineer-nya (Uki) sudah cabut,” kata Ariel tertawa.
Saat membuat album Keterkaitan Keterikatan, Noah sempat menjalani karantina di kapal laut dan tempat lain. Meski harus memakan waktu lama dan molor dari jadwal yang ditentukan, Musica Studios, label yang menaungi Noah memakluminya.
“Ini uniknya Noah. Karena mereka pengen banget sempurna jadi panjang waktunya tapi hasilnya bagus. materinya spesial. Mereka ingin kesempurnaan dalam membuat karya. Tapi ini bisa dibilang kelebihan atau kekurangan,” kata Benny Bharata, GM Musica Studios.
Peran Penting Sahabat Noah
Jarak tempuh Noah yang bisa mencapai delapan tahun, ditambah dengan masa-masa mereka masih mengusung nama Peterpan, tak lepas dari peran penting penggemar. Mereka tetap setia menemani Noah meski saat personelnya tertimpa masalah pribadi.
“Kami kaya saling berbalas. Dari awal kami bilang, kami sebagai band ingin bikin bangga dengan karya kita, mereka juga bikin bangga dengan kegiatan mereka,” kata Ariel memuji penggemar setia Noah.
Sebagai bentuk terima kasih, Noah mengajak penggemar terlibat di video klip lagu terbaru mereka yang berjudul Menemaniku. Lagu ini disebut sebagai persembahan khusus Noah kepada Sahabat yang tetap tak beranjak pergi menemani sang idola saat susah dan senang.
“Inti dari ceritanya adalah ungkapan terima kasih Noah terhadap Sahabat Noah yang selalu setia mendukung mereka dalam bentuk apapun. Setia menemani dalam proses naik turun dan selama perjuangan mereka,” kata Candi Soeleman yang menyutradarai video musik Menemaniku.