Salah satu subsektor kreatif yang terdampak oleh covid-19 ialah para pekerja seni yang kehilangan pekerjaan, khususnya pekerja seni pertunjukan. Musikus, pekerja film, seniman teater, dan seniman tari merupakan kalangan yang sempat berhenti melakoni profesi mereka karena pandemi. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat sebanyak 44.295 pekerja seni terkena imbas dari wabah tersebut.
Pelarangan pertemuan tatap muka yang melibatkan banyak orang membuat seni pertunjukan tak bisa ditampilkan sebagaimana lazimnya. Berbagai cara dilakukan untuk menyambung hidup para pelaku seni dan kehidupan kesenian itu sendiri. Hal itu membuat seniman dan musikus berupaya agar terus berkarya meski harus lewat ranah virtual ataupun tampil di panggung dengan keharusan protokol kesehatan yang telah ditentukan.
Grup musik legendaris Kahitna, misalnya, memberanikan menggelar konser secara live di panggung JI Expo Kemayoran, Jakarta, Sabtu (29/8) malam lalu. Konser dengan konsep drive-in atau menonton dari dalam mobil masing-masing bertajuk New Live Experience tersebut merupakan konser drive-in yang untuk pertama kalinya digelar di Jakarta selama pandemi covid-19.
Konser perjalanan 34 tahun Kahitna dalam bermusik menjadi momentum istimewa bagi grup yang dikomandani Yovie Widianto itu. Dalam kondisi yang serbaterbatas, penonton dan Soulmate–sebutan untuk para fan Kahitna–harus patuh pada protokol kesehatan, ternyata tiket habis terjual sejak hari pertama dibuka secara daring.
Dua pekan lalu dengan konsep drive-in pula, sejumlah musikus Kota Semarang, Jawa Tengah, menggelar Mahkota Charity Concert. Konser amal yang diinisasi Polrestabes Semarang bersama Pemkot Semarang itu bertujuan membantu para musikus yang terdampak oleh covid-19 sekaligus membangkitkan ekonomi kreatif, khususnya industri hiburan, di tengah pandemi.
Berawal dari nongkrong bareng di Taman Ismail Marzuki (TIM) kawasan Cikini, Jakarta, para kru dan pekerja film yang tengah menganggur karena rumah produksi yang menaungi mereka menghentikan jadwal syuting akibat terbentur oleh aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) memunculkan ide membuat film sendiri. Dengan keterbatasan alat dan biaya hasil urunan, film seri bergenre situasi komedi berjudul Preman Cantik Kampung Cerewet besutan sutradara Hendro Tola Tole, dengan skenario garapan Apri Rosyadi, mampu memproduksi 5 dari 15 episode yang direncanakan. Bahkan film berdurasi 10 menitan itu telah ditonton ribuan warganet di channel Youtube.
Lain lagi yang dilakukan seniman teater. Kelompok sandiwara Sunda Miss Tjitjih mementaskan cerita Kuntilanak Sumur Tua di Gedung Miss Tjitjih, Jakarta, beberapa waktu lalu. Pementasan kelompok teater legendaris yang disiarkan secara daring melalui Youtube dan Instagram itu bertujuan mengumpulkan donasi bagi para pekerja seni teater yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat pemberlakuan PSBB.
Kegiatan yang sama juga dilakoni grup Wayang Orang Sriwedari di Solo, Jawa Tengah. Untuk menghidupi para anggota dan menjaga kelestarian kesenian wayang orang yang telah berusia 110 tahun, mereka tetap mementaskan cerita wayang di gedung pertunjukan Sriwedari tanpa penonton kemudian disiarkan secara daring. Pementasan digelar dua kali dalam sepekan, yakni Sabtu dan Minggu, dan dapat dinikmati secara live streaming melalui akun Instagram @wayang_orang_sriwedari dan via Youtube milik Dinas Kebudayaan Kota Surakarta.
Demi menjaga eksistensi perhelatan Festival Lima Gunung (FLG), penari asal Ekuador Cristina Duque rela tampil sendiri tanpa penonton di panggung terbuka Studio Mendut, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (22/8). Cristina mementaskan koreografi berjudul Una Sangre atau Satu Darah secara virtual pada rangkaian FLG XIX yang digelar di tiga lokasi berbeda dan diikuti sejumlah seniman dari dalam dan luar negeri.
Begitu pun para seniman di Bali. Demi melangsungkan aktivitas berkesenian mereka dan menghibur para wisatawan domestik dan asing yang tengah berlibur di Pulau Dewata, sejumlah komunitas seni mementaskan pertunjukan kesenian tradisi secara virtual dari padepokan seni masing-masing.