Viralnya pembicaraan mengenai panganan klepon yang disebut tak Islami di media sosial membawa keberkahan bagi Nadhifa Corner, brand klepon asal Bandung.
Nadhifa Corner meraup untung hingga 50% dibanding sebelum adanya pemberitaan mengenai klepon yang tak islami.
“Ya bersyukur, omzet kami naik hingga 50%. Kami dengan empat karyawan sempat kewalahan untuk buatnya,” kata owner Nadhifa Corner Widya Indah saat dihubungi, Rabu (22/7). Awalnya, Widya mengakui heran klepon diisukan tidak islami.
Pasalnya, ia merasa bahan maupun cara membuat panganan khas Indonesia itu pun tak ada yang menyalahi aturan syariat islam. “Sebelah mana nih yang enggak islami, karena selama ini kami buat klepon kayanya enggak ada bahan-bahan melanggar syariat islam.
Begitupun cara pembuatannya,” ungkap Widya. Ia juga mengatakan, jika benar nama Abu Ikhwan Aziz yang tertera pada foto viral tersebut menjual kurma, hal ini merupakan strategi buruk yang bisa saja menjatuhkan jajanan nusantara.
“Rasanya jadi semacam kurma versus klepon ya. Kalau misalnya berdagang enggak usah bawa-bawa yang terlalu berat lah, enggak usah bawa agama-agama segala,” tuturnya.
Namun dibalik itu, Widya merasa bersyukur karena penjualannya melesat naik. Usaha berbasis kue khas Indonesia ini merupakan caranya bertahan di situasi pandemi covid-19.
“Awalnya brand Nadhifa ini untuk bisnis fashion, tapi karena pandemi penjualan fashion menurun, kita coba ke makanan,” ungkapnya. Ia mengklaim, lini bisnisnya ini merupakan inovasi Klepon Frozen pertama di Indonesia yang menyediakan varian isian kekinian, bukan hanya gula aren yang umum ditemukan.
Terdapat rasa keju, tiramisu, blueberry, taro dan sebagainya. Meskipun begitu, ia memastikan tak mengurangi keotentikan dari jajanan nusantara ini. “Otentiknya klepon itu kan dari beras ketan dan klepon itu pecah dimulut. Itu enggak kami hilangkan.
Kami modifikasi sendiri tapi tak mengubah pakem. Kita ingin makanan tradisional tapi naik kelas,” ucap Widya yang memulai bisnis bareng suaminya, Hendi Sukarna.
“Yang original isi gula aren tetap banyak peminatnya, terutama orang tua yang bernostalgia lagi dengan klepon yang kini sulit didapatkan,” pungkasnya.