Jakarta: British Council, In-Docs, dan Scottish Documentary Institute merilis program pembuatan film dokumenter Indonesia Distanced Stories. 12 peserta terpilih dari 120 pendaftar dalam program ini bakal berkenalan, berdiskusi, dan belajar bersama memproduksi lima hingga enam film pendek.
Camelia Harahap, British Council Indonesia Head of Arts berharap program kerja sama ini dapat membuat pembuat film Indonesia dan Inggris terhubung, saling bertukar gagasan, serta berkolaborasi lebih inklusif. Program ini pun tidak terbatas untuk pembuat film dari teman-teman disabilitas.
“Kami berupaya untuk memastikan bahwa program ini dapat diakses oleh teman-teman penyandang disabilitas, peserta dengan berbagai latar belakang budaya dan daerah di Indonesia,” kata Camelia Harahap dalam keterangan resmi kepada Medcom.id, Jumat, 18 September 2020.
Mandy Marahimin, Direktur Interim In-Docs menyebut, workshop Indonesia Distanced Stories menyasar pada pembuat film Indonesia yang tersebar di empat provinsi berbeda di Indonesia. Diskusi pun mencakup respons peserta terhadap situasi pandemi virus Corona atau Covid-19 sekarang.
“Melalui workshop ini mereka akan berkolaborasi dan merespons krisis pandemi. Hal ini menjadikan workshop ini relevan dengan situasi dunia saat ini dan akan menarik untuk melihat cerita-cerita yang akan muncul dari pengalaman kolaborasi ini,” terangnya.
“Pada akhirnya, kami berharap workshop ini akan memperkaya pengetahuan mereka dalam proses pembuatan film dokumenter dan menyemangati mereka untuk dapat menceritakan kisah mereka ke seluruh dunia,” kata Mandy Marahimin.
Noemie Mandelle, Direktur Scottish Documentary Institute percaya Indonesia dengan keberagaman identitas budaya memiliki kemampuan bercerita yang kuat. Program ini menjadi tantangan dan ruang eksperimen bagi pembuat film.
“Indonesia Distanced Stories merayakan seni dokumenter yang kreatif dan merupakan workshop internasional utama bagi Scottish Documentary Institute untuk terhubung dengan realitas-realitas berbeda, cerita-cerita alternatif dan talenta-talenta yang sedang tumbuh,” terangnya.
“Kolaborasi internasional seperti ini sangat penting untuk membantu pembuat film dalam membangun sinergi dan koneksi melintasi batasan. Di era penuh dengan kecepatan berita, sangat penting untuk mendukung pembuat film dalam memecahkan kompleksitas realitas yang kita alami dan menciptakan refleksi yang bertahan lama,” kata Noemie.
Pembuat film bakal dipertemukan dengan para mentor untuk berkolaborasi dan menciptakan cara kerja baru di masa sekarang. Indoensia Distanced Stories digelar selama tiga bulan secara virtual mencakup workshop, mentorship, beragam kelas pelatihan, dan praktik setiap pekan.
Di luar kelas, peserta melakukan praktik bersama kelompok masing-masing menonton film dari berbagai daerah di dunia, menulis, serta mengerjakan proyek kolaborasi. Kurikulum meliputi cara mengembangkan cerita, bahasa visual, dan sound design, teknik kamera dan suara, pengambilan gambar dan directing, cara menyunting, screening, dan produksi film.
Penyelenggara turut membagikan sejumlah sumber informasi terkati produksi film dan sejumlah seminat yang dapat dihadiri publik.