Jakarta: Pengembang aplikasi smartphone Islami Muslim Pro membantah tuduhan bahwa pihaknya menjual data personal pengguna aplikasi karyanya kepada militer Amerika Serikat (AS). Bitsmedia menyebut akan segera memutuskan hubungan dengan mitra datanya.
Mengutip The Strait Times, Bitsmedia tidak secara menjabarkan secara detail mitra data yang dimaksudkannya tersebut. Sebagai informasi, laporan Vice Motherboard menyebut bahwa badan militer Amerika Serikat membeli informasi pribadi yang dihimpun dari aplikasi seluruh dunia, termasuk Muslim Pro.
“Hal ini tidak benar. Perlindungan dan penghormatan terhadap privasi pengguna kami adalah prioritas paling utama bagi Muslim Pro. Dan sebagai salah satu aplikasi Muslim paling dipercaya selama 10 tahun terakhir, kami mematuhi standar privasi dan peraturan perlindungan data paling ketat, dan tidak pernah membagikan informasi identitas pribadi apapun,” ujar Head of Community Muslim Pro Zahariah Jupary.
Jupary juga menambahkan bahwa pengembang aplikasi telah meluncurkan investigasi internal dan mengkaji kebijakan tata kelola data untuk mengonfirmasi bahwa seluruh data pengguna ditangani dengan semestinya.
Vice Motherboard sebelumnya melaporkan bahwa badan militer Amerika Serikat membeli data Muslim Pro dari penjual data pihak ketiga bernama X-Mode. Penjual data ini menghimpun data atau membelinya dari perusahaan lain.
Data yang dibeli ini termasuk informasi soal lokasi serta nama dari jaringan yang terhubung dengan smartphone pengguna, pewaktu, dan informasi soal ponsel yang menyimpan aplikasi tersebut, termasuk model smartphone.
Jupary juga menyebut Muslim Pro telah mulai bekerja sama dengan X-Mode empat pekan lalu, namun kemudian membatalkan kerja sama dengan perusahaan tersebut serta mitra data lainnya. Namun Jupary tidak menyebutkan secara terperinci kerja sama antara Bitsmedia dan X-Mode.