Jakarta: Kehadiran mobil listrik di Indonesia semakin banyak seiring dengan sejumlah merek sudah mulai yang berteknologi hybrid, plug-in hybrid, dan full listrik. Hal ini tidak terlepas dari edukasi yang dilakukan oleh banyak pihak sehingga berhasil meningkatkan animo akan mobil listrik.
Head of External and Government Affairs Nissan Motor Indonesia, Coki Panjaitan, menjelaskan untuk sekarang ini mereka sudah menjual Kicks e-Power sebagai salah satu varian mobil listriknya. Sedangkan untuk mobil full listriknya sendiri diklaim baru akan diluncurkan pada tahun 2021 yakni Leaf.
Salah satu alasan mereka mulai menjual mobil listrik melalui teknologi e-Power karena sebagai transisi dari mobil konvensional dan menuju mobil full listrik. Klaim mereka sekarang ini berdasarkan riset yang dilakukan bersama Frost & Sullivan menunjukan 41 persen masyarakat di Indonesia sudah mulai mempertimbangkan untuk membeli mobil listrik.
“Rata-rata konsumen di Indonesia sudah mulai paham dengan efek lingkungan hidup sebagai motivasi mereka untuk membeli mobil listrik,” ungkap Coki (7/12/2020) di Nara Jakarta Selatan.
Ia melanjutkan mobil listrik adalah solusi dalam mengurangi polusi udara dan suara di kota-kota besar. Survey itu juga menyebutkan menyebutkan pada 2050 mendatang, sebanyak 2 dari 3 penduduk di Indonesia akan memadati kota besar karena urbanisasi.
Penggunaan mobil listrik ini, baik hybrid, plug-in hybrid, dan Full listrik, akan sangat bermanfaat untuk mengurangi emisi gas buang secara signifikan. Mengingat mobil-mobil ini memiliki emisi gas buang yang rendah, dan untuk full listrik tidak menghasilkan emisi gas buang layaknya mobil-mobil bermesin yang ada sekarang ini.
Namun perlu diingat, di survey ini masih ada 59 persen orang mayoritas yang belum berminat untuk membeli mobil listrik. Nissan membeberkan setidaknya ada 3 alasan kenapa orang-orang belum tertarik membeli mobil listrik.
Hal pertama adalah mengenai harga yang belum terjangkau seperti yang ditawarkan oleh segmen low multi purpose vehicle (LMPV) atau low cost green car (LCGC) yang menjadi segmen terlaris di negeri ini.
“Satu mengenai harga, jadi masyarakat masih berharap ada insentif, dan dari insentif khususnya di fiskal, dan yang akan menjadi bonus tentu non fiskal juga (pembebasan ganjil genap, tarif parkir),” jelas Coki.
Kedua adalah soal keamanan baterai yang digunakan oleh mobil listrik. Masih banyak konsumen yang belum mengetahui bagaimana keamanan yang digunakan di mobil listrik di keadaan guncangan, banjir, dan berbagai kondisi jalan lainnya.
Ketiga adalah range society dimana masih mencemaskan soal jarak tempuh mobil listrik (khususnya PHEV dan full listrik). Sehingga masyarakat masih khawatir membeli mobil listrik, dan keberadaan SPLU belum sebanyak SPBU sekarang ini.