Tulus akhirnya membuat album baru berjudul Manusia, setelah sebelumnya dia merilis album Monokrom pada tahun 2016.
Dalam sebuah konferensi pers perilisan albumnya, musisi asal Bandung tersebut menjelaskan inspirasi di balik karya terbarunya itu.
\”Banyaknya dari interaksi dengan manusia, jadi di dalam album Manusia ini menceritakan banyak sekali ragam rasa dan dinamis kita sebagai manusia, karena album ini menceritakan kita, manusia,\” ucap Tulus.
Dia membeberkan filosofi pembuatan album Manusia, ternyata album ini dibuat berdasarkan pengalaman Tulus sendiri.
\”Lagu-lagu yang ditulis di dalamnya banyak berdasar dari cerita yang saya alami dan lihat, interaksi saya dengan orang lain dan diri sendiri. Semua itu dirangkum menjadi 10 nomor lagu yang sekarang sudah jadi bentuknya,\” terangnya.
Tulus lalu memberitahu arti menjadi manusia menurut dirinya dan dia juga berharap album ini dapat mewakili rasa menjadi seorang manusia.
\”Jadi manusia itu perasaan naik turun, bahagia dan sedih serta segala macam rasa yang dimiliki, itu adalah bagian dari manusia. Mudah-mudahan lagu di dalam album Manusia bisa memberi sedikit opsi atau rangkuman segala dinamika rasa itu yang dikemas dengan indah,\” imbuh pelantu lagu \”1000 Tahun Lamanya\”.
Saat ditanya mengenai eksplorasi dan referensi syair-syair dalam lagunya, Tulus mengungkapkan bahwa terkadang dia menghasilkan sebuah lirik lagu sebelum melodinya ditentukan.
\”Jadi banyak dari lagu-lagu yang saya tulis, sebelum melodinya hadir, di kepala sudah kepikiran kira-kira mau cerita apa. Bahkan beberapa lagu ada yang lahirnya dari lirik dulu baru dimelodikan, jadi sebetulnya saya bukan ahlinya teknis penguasaan eksplorasi dalam konteks berbahasa, tapi mungkin lebih ke mengolah pikiran dan mengasah sensitifitas saya sebagai seorang penulis lagu, sehingga setiap ingin membuat lagu dari olahan itu harapannya bisa menghasilkan ide-ide,\” ujarnya.
Tulus lalu mengelaborasikan proses penulisan karya-karyanya yang memiliki tahapan-tahapan yang teratur.
\”Dari satu ide, mungkin satu kalimat kemudian dikembangkan jadi satu bentuk cerita, mungkin cerita pendek, dari cerita pendek itu dipersingkat lagi menjadi lirik atau puisi dan dari situ kemudian dimelodikan,\” katanya.
Dilansir dari: medcom.id