Matter Halo kali ini memberi sentuhan tradisional pop dalam singel terbaru mereka berjudulIn the Room. Mereka mengajak penyanyi Elly Kasim yang telah separuh abad usianya menyanyikan lagu-lagu Minang.
“Kami ingin mulai melestarikan genre Minang Pop itu, sih, buat mengingatkan kita juga ternyata ada musik yang beginifun-nya,” kata Ganidra Rai dalam diskusi virtual via Google Hangout bersama Medcom.id, Kamis, 23 Juli 2020.
Bagi pendengar musik sekarang tentu Elly Kasim begitu jarang terdengar, kecuali bagi masyarakat Minang. Dia kerap bernyanyi di beberapa acara orang Minang. Katakanlah ada Didi Kempot merepresentasikan tembang-tembang Jawa yang semula begitu dekat dengan masyarakat Jawa, beruntungnya kini sempat dikenal luas oleh publik.
Pun dengan Ibnu dan Gani, mereka semula tak begitu dekat dengan Elly Kasim. Ide ini berawal ketika Ibnu yang berasal dari keluarga Padang. Dari laguRababyang dibawakan Elly Kasim bersama Combo Zaenal menarik perhatian Matter Halo.
“Ternyata musik zaman 70-an itu enggak kayak yang kita pikir seperti organ tunggal, ternyata ada zaman di mana kayak ada band-nya,” terang Gani setelah diperdengarkan lagu Rabab oleh Ibnu.
Matter Halo berkenalan dengan Elly Kasim melalui perantara orangtua Ibnu Dian yang memang asli orang Padang. Melihat jarak usia, ibaratnya Matter Halo seperti bertatap muka dengan penyanyi legendaris “Titiek Puspa” ketika bertemu Elly Kasim.
“Nyokap ada relasi orang Padang, komunitasnya orang kampung saling kenal kayak kenal sama Elly Kasim, dibantu mama,” kata Ibnu.
Ketika mendengarkan laguIn the Room,ada bebunyian instrumen suling, diikuti tamborin kecrekan repetitif pada detik-detik pertama merepresentasikan pop tradisional Minang. Namun, Matter Halo tetap mempertahankan warna musik mereka ketika perlahan bebunyian kecrekan itu berganti dalam instrumen gitar dan drum.
Pendekatan mundur ke belakang juga ditunjukkan Matter Halo pada video musik Runway Lights dengan tampilan bergulirnya tahun 1992 hingga 2020. Jika teliti,In the Roomsejatinya merupakan lanjutan dari singelRunway Lightsyang dirilis Matter Halo pada 25 Juni 2020. Bebunyian kecrekan secuplik menutup singelRunway Lights.
Suara Elly Kasim tanpa kehadiran beliau kemudian muncul pada menit ketiga. Secuplik didengungkan suara khas Minang dari Elly Kasim menyanyikan refrain lagu Laruik Sandjo. Menarik ketika pada titel tertulis berduet dengan Elly Kasim tanpa kehadirannya dalam video. Bagi Ibnu, vokal Elly Kasim seperti suara ibu pada petang hari di laguIn the Room.
“Memang dari segi cerita, mood yang pingin dituangkan ke karakter lebih yang menari-nari (dalam video musik) dan menyambung sama video klip sebelumnya, lebih ke porsi Matter Halo,” terang Ibnu.
“Suara Elly Kasim lebih ke kayak cahaya ibu, tiba-tiba muncul, sudah larut, suara keibuan itu yang entah kenapa jadi membawa serenity aja di dalam lagunya yang memang jadi footprint juga untuk apresiasi kami akan Minang Pop itu sendiri,” kata Ibnu Dian.
“Suara itu (Elly Kasim) jadi simbol utamanya,” lanjut Ibnu.
Pernyataan Ibnu selaras dengan makna laguLaruik Sandjoyang berarti peringatan bahwa hari telah petang, sudah waktunya pulang untuk bersiap kembali bekerja besok. Pemaknaan lagu ini juga dibenarkan Sinta Agustina, warga asli Minangkabau asal Solok, Sumatera Barat. Hanya saja secara keseluruhan lagu Laruik Sandjo memiliki pemaknaan tersirat dengan bahasa Minang halus.
“Ini (Laruik Sandjo) pakai bahasa Minang yang halus, banyak kalimat-kalimat kiasan, kalau sepemahamanku, sih, ini tentang nasib buruk, jadi sudah berusaha mendapatkan yang terbaik, tapi tetap saja dapat nasib buruk, laruik sandjo itu artinya larut senja” terang Sinta Agustina kepada Medcom.id.
“Misal pada lirik mandi ka lubuak Mandalian, udang disangko tali-tali, maknanya kurang lebih, seseorang mandi ke lubuk (semacam kubangan air) Mandalian, ada hewan yang disangka udang (nasib baik), eh, ternyata bukan udang (si tali-tali itu),” jelas Sinta.
“Mabuak untuang jo parasaian, patang disangko pagi ari, maknanya dikira mau dapat untung, eh, malah dapatnya parasaian (babak belur), sudah sore dikira masih pagi,” terang Sinta.
Pada lagu Matter Halo hanya disematkan secuplik lirik ondeh ondeh lah laruik sandjo yang berarti ondeh ondeh sudah larut senja atau senja sudah larut. Sedikit info, dilansir dari laman Irama Nusantara, Laruik Sandjo dirilis dalam piringan hitam bersama lagu Takana Adiak. Laruik Sandjo ditulis Asbon Madjid kemudian dipopulerkan Orkes Gumarang pada 1960-an, sementara Takana Adiak ditulis Januar Arifin, dipopulerkan Anas Jusuf.
Peleburan dalam laguIn the Roomini begitu halus, mendengarkan lagu seperti inovasi baru, tetapi sebenarnya hanya perlu kepedulian untuk mundur sejenak mendengarkan irama terdahulu sehingga terjadi harmonisasi ketika mendengarkan lagu.
“Setelahdevelop, ternyata memang sekarang cocok buat zamannya,” kata Gani.
Lagu In the Room masuk dalam album kedua Matter Halo bertajuk NIGHTVISION yang jika tak ada aral melintang dilepas Agustus nanti. Ada tujuh singel di dalam album NIGHTVISION dengan total durasi 42 menit.
“Album ini purely untuk dinikmati kayak pingin dijogetin buat nemenin kerja atau apapun, jadi bukan sesuatu yang kayak kita harus (ada) isu akan apa atau liriknya akan apa,” kata Ibnu Dian.