Jakarta: Kiprah Rich Brian dan Niki Zevanya di industri musik Amerika seolah membuka mata pelaku bisnis musik internasional betapa potensialnya musisi muda asal Indonesia. Tak lagi hanya dipandang sebagai konsumen, Indonesia mulai dianggap produsen musisi-musisi muda mumpuni yang punya kelas internasional.
88 Rising, label yang menaungi Rich Brian dan Niki paham betul dengan potensi musisi Indonesia. Yang terbaru, mereka merekrut Stephanie Poetri, putri dari Diva Indonesia, Titi DJ.
Berjubelnya talenta-talenta baru Indonesia tak hanya datang dari para musisi yang biasa memegang kendali mikrofon. Tapi banyak juga beatmaker dan produser musik Indonesia yang muncul ke permukaan. Mereka adalah anak-anak muda yang tahu betul memanfaatkan teknologi kiwari di dunia musik, khususnya genre musik elektronik.
Potensi besar itu membuat Iceperience.id mulai berburu darah segar dari sirkuit musik elektronik Tanah Air. Mereka mencari produser musik muda berbakat dengan menggelar ajang Electronic Music Producer Contest (EMPC) pada tahun 2019.
Electronic Music Producer Contest (EMPC) pertama terbilang sukses. Tak hanya berhasil menjaring banyak produser musik berbakat, tapi juga memberikan peluang bagi para pesertanya perspektif baru mengenai bagaimana industri musik bekerja.
Dari ratusan karya terkirim tahun lalu, Electronic Music Producer Contest (EMPC) menemukan Doci sebagai juara dan mengirimnya untuk berkolaborasi dengan Sean Miyashiro yang merupakan bos dari 88 Rising. Say La Vie, lagu karya Doci hasil kolaborasi dengan penyanyi Devinta Trista sekarang sudah berseliweran di toko musik digital dan platform berbagi video, Youtube.
Tahun ini, Electronic Music Producer Contest (EMPC) kembali digelar meski pandemi korona melanda Indonesia. Jika tahun lalu Electronic Music Producer Contest (EMPC) bekerjasama dengan 88Rising, tahun ini mereka berkolaborasi dengan Barong Family, sebuah label asal Belanda. Dari namanya saja, Barong Family terasa punya kedekatan dengan Indonesia. Logo mereka bahkan menggunakan Barong yang berasal dari Bali.
“Ini digelar bertepatan dengan pandemi jadi secara teknis pasti ada yang beda. Tahun lalu kami bekerjasama dengan record label dari Amerika, tahun ini kami bekerjasama dengan Barong Family dari Amsterdam. Kami merasa Barong Family cukup mengenal budaya Indonesia,” kata Diopsaputra, perwakilan Iceperience.id dalam jumpa pers virtual.
Electronic Music Producer Contest (EMPC) 2020 membekali diri mereka dengan deretan juri ternama. Dari luar negeri ada Yellow Claw, sedangkan dari Indonesia ada DJ Winky, Dipha Barus dan Eka Gustiwana. Mendengar empat nama juri ini, kita sudah tahu mereka bukan nama sembarangan di lintasan musik elektronik.
Yellow Claw dikenal sebagai duo DJ yang pernah masuk Top 100 DJ Dunia versi DJmagz.com. Winky Wiryawan bisa dibilang salah satu top of mind jika kita menyebut DJ kenamaan Indonesia. Sedangkan Dipha Barus dikenal dengan hit-nya yang juga mengorbitkan sejumlah penyanyi muda.
Sementara Eka Gustiwana dikenal sebagai produser musik dan speech composer pertama di Indonesia. Kiprah Eka Gustiwana bersama grup musik Weird Genius belakangan ini mencuri perhatian lewat lagu Lathi, hasil kolaborasi dengan Sara Fajira.
Menterengnya juri Electronic Music Producer Contest (EMPC) 2020 diharapkan membawa dampak baik bagi pemenang yang akan dihasilkan. Tak sekadar menilai, para juri pun siap memberikan ilmunya kepada peserta bagaimana membuat musik berkualitas.
“Sesuai namanya, #localICEMovement berupaya menjadi lokomotif untuk mewadahi para talenta lokal menghasilkan karya yang lebih berkualitas sehingga dapat memperkuat ekosistem musik elektronik di Indonesia. Harapannya nanti talenta-talenta lokal tersebut bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan mampu berkiprah di level internasional,” jelas Diop.
Electronic Music Producer Contest (EMPC) 2020 akan dimulai pada 13 Juli hingga 14 Agustus 2020 melalui laman www.iceperience.id. Peserta bisa mengirimkan maksimal tiga lagu mereka. Kontes ini juga mempersilakan musisi solo, duo atau grup untuk mengirimkan karyanya. Setelah karya didaftarkan, para dewan juri menyeleksi dan menyaringnya menjadi tiga besar dan juara favorit.
Pemenang Electronic Music Producer Contest (EMPC) 2020 nanti akan berkolaborasi dengan salah satu musik di bawah naungan Barong Family. Lewat kolaborasi ini, juara Electronic Music Producer Contest (EMPC) tentu punya kesempatan maju selangkah untuk menapaki karier di industri musik dunia.
“Ini merupakan kesempatan berharga di mana pemenang dapat mengembangkan bakat yang dimiliki dan maju ke kancah internasional. Hal ini sesuai dengan tagline yang diusung oleh EMPC di tahun ini yaitu The Greatest Legacy sehingga diharapkan karya sang juara menjadi warisan besar di dunia musik elektronik Tanah Air. Sementara untuk pemenang lainnya akan berkolaborasi dengan local artist,” tutup Diop.