Pada awal kemunculannya, Podcast Retropus lebih mementingkan kuantitas. Kini, podcast sepakbola ini ingin kualitas yang berbicara lebih banyak.
Podcast Retropus dipandu oleh duo podcaster Febri Ariyadi dan Randy Arbiyantama dan sudah mengudara sejak Juni 2018. Saat ini, mereka telah memproduksi total lebih dari 250 episode podcast.
Dengan genre ‘footbal comedy-nya’ mereka pun mendapat atensi yang cukup besar dari para pendengar mereka. Dengan 200 lebih episode, menjadikan Retropus sebagai kanal siniar (podcast) bola di Indonesia yang paling produktif. Untuk itu, mereka pun kini lebih mementingkan kualitas, alih-alih memacu kuantitas episode.
“Kalau sekarang (mendahulukan) kualitas. Karena kami merasa kuantitas sudah ada di atas. Kalau untuk pertama kali mulai memang harus kuantitas yang dibanyakin, karena itu untuk menantang sendiri. Nah sekarang kan ‘lawannya’ orang lain, jadi sudah enggak bisa lagi pakai kuantitas, tetapi kualitas,” kata Randy saat live instagram bersama Media Indonesia dalam program Nunggu Sunset, pada Selasa (21/7).
Berada di posisi atas pemeringkatan podcast di kanal streaming pun menurut keduanya menjadi penting. Sebab, itu menjadi salah satu cara untuk mengukur banyaknya pendengar, dan bisa diajukan sebagai daya tawar ke para pengiklan. Menurut keduanya, yang awalnya berjalan sendiri dan kini tergabung dalam jaringan siniar Box2Box Media Network tersebut mengatakan valuasi di podcast memang ada, meski mereka juga menganggap belum bisa dikatakan besar.
“Penghasilan dari podcast memang sudah ada, seperti brand yang placement. Namun, sebenarnya kami ingin lebih dari itu, bukan sekadar mendatangkan iklan,” kata Febri. Randy pun menambahkan, beberapa hal yang juga bisa mendorong platform podcast bisa lebih besar ialah dengan masuknya para selebritas di platform audio on demand ini.
“Berharapnya sih ‘orang-orang yang besar di tv’ itu juga main podcast. Kami sih enggak merasa takut ya ketika banyak artis yang bikin podcast, dan bikin kita jadi enggak ada yang mendengarkan. Justru, kalau mereka di sini (podcast) menunjukkan platform ini seberharga itu. Dengan itu kami juga bisa punya bargain tambahan.”
Selain dari iklan brand yang masuk ke podcast mereka, Retropus juga memproduksi merchandise, melangsungkan tur, dan kini tengah mempersiapkan beberapa rencana untuk membesarkan nama Retropus agar bukan sekadar di podcast saja. “Kita sudah tur ke Bandung, Semarang, dan Yogyakarta.
Sebelum pandemi tadinya sempat mau ke Surabaya dan Makassar, tetapi tertunda. Ada beberapa rencana untuk bergeser secara vertikal agar tidak hanya di audio, kami juga melakukan cara seperti yang dilakukan Mister Popo dengan Do You See What I See-nya,” kata Randy.
Sejak awal kemunculannya, Podcast Retropus ditujukan sebagai medium agar siapa pun bisa dan berhak untuk membicarakan bola. Kami memang ingin meng-embrace orang-orang, kita sama-sama punya suara. Selain itu, kami juga ingin menjadi suporter yang asyik, dalam arti tengil boleh, sotoy boleh, tetapi tetap saling menghargai. Klub yang kita dukung kan jauh di luar sana, jadi chiil aja,” jelas Febri.
“Kita enggak muluk-muluk. Jadi orang biasa, enggak mau mengubah sistem juga. Kami ingin bikin yang di grassroot lebih bisa menikmati sepakbola dengan bahagia. Semua orang yang nonton bola boleh ngomongin bola,” tambah Randy.