Jakarta: Maestro gamelan Rahayu Supanggah meninggal dunia, pada Selasa, 10 November 2020, di Rumah Sakit Brayat Minulya Solo, sekitar pukul 03:00 WIB. Almarhum menghembuskan napas terakhir pada usia 71 tahun.
“Innalillahi wa’innaillaihi rojiun. Bapak Rahayu Supanggah meninggal dunia pukul 03:00 WIB. Mohon dimaafkan segala kesalahan beliau dan mohon doa,” tulis seniman Solo Peni Candra Rini, dalam pesan berantai yang beredar.
Jenazah akan disemayamkan di rumah duka di Dusun Benowo RT 06 RW 08 Ngringo, Kecamatan Jaten, Karanganyar, Jawa Tengah. Rencananya, jenazah akan dikebumikan pada siang hari pukul 14:00, di AStana Laya Benowo Jaten Karanganyar.
Dalam masa hidupnya, Rahayu Supanggah membawa seni tradisi gamelan ke level dunia. Dalam berbagai kesempatan Pak Panggah – demikian dia akrab disapa ketika masih hidup – memperkenalkan gamelan ke penjuru dunia. Dia juga mendedikasikan diri sebagai dosen di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Jawa Tengah.
Panggah, sebagai maestro gamelan, sudah melanglang buana mengajar dan berkolaborasi dengan berbagai musisi dunia. Pada 1965, Panggah termasuk dalam rombongan kesenian yang dikirim Bung Karno untuk belajar ke Tiongkok, Korea, dan Jepang.
Pada tahun 1987, Panggah memperkenalkan seni tradisi gamelan ke Inggris. Upaya itu membuahkan hasil, hingga terbentuk sebuah komunitas gamelan di Inggris bernama Southbank Gamelan London. Dalam perkembangannya, salah satu warga Inggris bernama Cathy Eastburn yang kepincut dengan gamelan mengembangkan musik ini di Inggris. Cathy sempat belajar gamelan ke Solo, untuk kemudian kembali ke Inggris.
Kemudian Cathy membawa gamelan kepada para narapidana di Inggris. Gamelan digunakan untuk terapi para narapidana. Musik gamelan yang lembut dianggap dapat memberi efek rasa tenang, dan teduh bagi narapidana.
Salah satu kolaborasi Panggah paling ikonik yang pernah dilakoninya adalah tergabung bersama grup kuartet instrumen gesek bernama Kronos asal Amerika Serikat.
Panggah juga sempat berkolaborasi dengan sutradara Garin Nugroho dalam penggarapan film Opera Jawa (2006) dan Setan Jawa (2016).