Jakarta: Digitalisasi bisa dimanfaatkan untuk beragam bidang, salah satunya dalam mempromosikan karya sastra. Penyair Joko Pinurbo mengatakan bahwa respons di platform digital lebih cepat dibandingkan dengan konvensional.
“Saya kepikiran untuk menggunakan akun Twitter untuk memposting kalimat-kalimat atau kata-kata yang awalnya tidak saya maksudkan untuk dijadikan puisi,” ujar Joko Pinurbo dalam Diskusi Publik Komite Sastra DKJ Jasa dan Dosa Platform Digital Pada Sastra, di kanal YouTube Dewan Kesenian Jakarta.
“Ternyata responsnya luar biasa, melebihi respons terhadap buku-buku puisi yang diterbitkan,” tambahnya.
Ia memaparkan bahwa jumlah pembaca postingan kutipan puisi di akun Twitternya jauh lebih banyak. Hal ini dibandingkan dengan pembaca buku, apalagi pembeli buku puisi secara fisik.
“Waktu itu saya menyadari bahwa karya saya semakin dikenal itu atas jasa Twitter. Banyak orang lalu sering mengutip puisi saya, banyak juga orang yang penasaran lalu membeli buku puisi saya,” jelasnya.
Jasa media digital telah berdampak positif dalam promosi. Pengaruh selanjutnya, untuk perekonomian dari hasil penjualan buku. Sebab, buku puisi karangannya semakin dikenal masyarakat luas melalui media sosial.
“Saya baru mengalami buku saya bisa dicetak ulang berkali-kali itu sejak 2016, belum lama. Tahun 2016 sampai sekarang saya baru merasakan bahwa royalti itu bukan hanya istilah, tetapi sungguh ada dan bisa saya rasakan,” akunya.
Media sosial, kata Joko Pinurbo, dimanfaatkan untuk memantau situasi yang ada di tengah masyarakat. Kemudian, mendapatkan bahan untuk membuat karya puisi baru, hingga untuk mempublikasikan karya tersebut.
“Mulai 2019 saya menyadari bahwa itu semua karena promosi yang dilakukan oleh tangan-tangan tak kelihatan yang tak saya kenal melalui media sosial, media digital,” tutupnya.