Jakarta: Hubungan kurang baik antara Tiongkok dan Amerika Serikat selama dua tahun terakhir dan menghasilkan larangan dagang Huawei selama administrasi Trump meninggalkan celah di industri smartphone.
Baru-baru ini, Xiaomi dituduh sebagai perusahaan militer komunis Tiongkok yang mencegah perusahaan asal Amerika dari berinvestasi kepada perusahaan ini, dan dinilai akan memicu lebih banyak permasalahan untuk produsen smartphone asal Tiongkok di masa mendatang.
Dengan pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang dipimpin oleh Presiden Joe Biden, berbagai lapisan masyarakat berharap besar terhadap peluang perubahan tinggi dari pihak AS. Mengutip GSM Arena, pemerintah AS dilaporkan akan mempertimbangkan untuk menambahkan batasan tertarget baru pada ekspor teknologi sensitif tertentu ke Tiongkok dengan sekutu.
Informasi ini disampaikan oleh pejabat senior AS yang enggan disebutkan namanya, menjelang panggilan telepon pertama President Biden dengan Pemimpin Tiongkok Xi Jinping. Laporan yang sama menyebut pemerintahan baru AS tidak akan menarik regulasi tarif perdagangan yang saat ini diterapkan pemerintahan Trump.
Pemerintah AS juga berencana untuk melakukan konsultasi intensif dan mengkaji ulang dengan sekutu AS. selain itu, pemerintahan AS akan memastikan bahwa pihaknya tidak akan memasok teknologi sangat sensitif yang dapat mendukung kemampuan militer Tiongkok.
Meskipun demikian, saat ini dinilai masih terlalu awal untuk membuat asumsi pada tindakan yang mungkin diambil oleh pemerintahan AS baru. Sebelumnya, CEO Huawei Ren Zhengfei menyampaikan keinginannya untuk berdiskusi secara personal dengan Presiden Joe Biden.
Ren Zhengfei juga menggarisbawahi manfaat untuk masing-masing pihak dari perdagangan bilateral antara perusahaan AS dan Huawei. Mengizinkan perusahaan AS untuk memasok produk ke pelanggan asal Tiongkok dinilai Zhengfei kondusif bagi kinerja keuangan perusahaan tersebut.
Dilansir dari: medcom.id