Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyiapkan skenario untuk mengadang objek luar angkasa termasuk asteroid dan meteor yang datang menuju Bumi.
Skenario serupa seperti yang diceritakan film Don\’t Look Up, yang dibintangi Leonardo DiCaprio dan Jennifer Lawrence.
Don\’t Look Up menjadi salah satu film populer di platform video Netflix. Film ini bahkan mencatat rekor jam penayangan terlama dalam rentang seminggu pada pekan lalu, dengan capaian 152,59 juta jam penayangan.
Film tersebut menceritakan tentang dua orang astronom yang berhasil menemukan sebuah komet berukuran besar yang sedang bergerak menuju Bumi dengan potensi daya hancur yang bisa memusnahkan kehidupan di Bumi.
Kemudian kedua astronom ini bersama pemerintah berupaya untuk menghentikan komet. Salah satu cara yang dilakukan adalah mengirimkan roket untuk meledakkan komet tersebut.
NASA sendiri tengah menguji metode serupa yang bernama misi Double Asteroid Redirection Test (DART).
Pejabat NASA menyebut DART dimaksudkan untuk mencegah tabrakan antara Bumi dengan benda angkasa luar seperti asteroid yang dapat mengancam kelangsungan hidup di Bumi.
Misi tersebut dilaksanakan menggunakan roket SpaceX Falcon 9 dari Vandenberg Space Force Base di California.
Direktur Ilmu Planet NASA, Lori Glaze menyebut misi ini akan menjadi percobaan pertama sebuah pesawat ruang angkasa mencoba menabrak asteroid untuk menunjukkan bagaimana benda luar angkasa seperti itu dapat dibelokkan jika menuju ke Bumi.
\”Saya merasa bahwa setelah kami menyelesaikan tes ini, kami akan belajar jumlah yang luar biasa dan jauh lebih siap di masa depan jika memang asteroid potensial dapat menimbulkan ancaman buat Bumi,\” kata Glaze dilansir UPI.
Pada misi pertama DART, NASA akan menyasar asteroid Dimorphos yang berukuran sebesar lapangan sepak bola.
Ilmuan Program DART NASA, Tom Statler menyebut masih banyak fakta yang belum diketahui tentang hasil uji coba. Hal ini disebabkan karena saat ini NASA hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang komposisi asteroid Dimorphos yang menjadi target.
Misi DART disebut menelan biaya hingga US$330 juta atau sekitar Rp4,7 triliun untuk menerbangkan roket Falcon 9 menuju asteroid Didymos, yang sebenarnya asteroid kembar yang saling melingkari. Target misi DART sebetulnya satelit dari asteroid Dimorphos, yakni Didymos.
\”Masalah tentang seberapa siap kita sebenarnya adalah diskusi yang jauh lebih luas yang bisa dilakukan di seluruh pemerintah dan negara. Selain membelokkan asteroid, kita masih perlu mempelajari langit dan mencarinya,\” kata Statler.
Pesawat ruang angkasa DART akan terbang ke Dimorphos dengan kecepatan 15 ribu mil per jam atau 24 ribu kilometer per jam, setelah itu teleskop yang berbasis di Bumi akan memantau dampaknya dari misi yang dilakukan untuk selanjutnya mengubah jalur asteroid.
NASA memilih Didymos dari dua asteroid yang ada karena Didymos menawarkan kesempatan unik untuk mendapatkan pengukuran yang tepat dan dampak terkecil.
Menurut NASA, pesawat ruang angkasa DART yang diarahkan ke Didymos akan benar-benar hancur dan mengeluarkan awan puing, sekaligus membantu mengukur dampaknya.
Bagi NASA, misi DART akan mendemonstrasikan teknologi sekaligus cara bagi NASA yang nantinya akan dapat memberikan data berharga tentang bagaimana suatu hari nanti kita dapat membelokkan asteroid super menakutkan yang akan bertabrakan dengan Bumi.
\”Sebagian besar, apa yang ingin kami lakukan adalah mengubah kecepatan objek yang datang sekitar satu sentimeter per detik. Itu tidak terlalu cepat, tetapi jika Anda melakukannya cukup beberapa detik sebelumnya, Anda dapat membuatnya menghilang dari jalur Bumi sepenuhnya,\” sebut peninjau misi dari Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins dilansir CNET.
Dilansir dari: cnnindonesia.com