Jakarta: Penimbun atau pemborong PlayStation (PS5) dilaporkan mulai bersuara memberikan pembelaan. Beberapa bulan belakangan mereka dianggap menjadi pelaku penyebab terjadinya kelangkaan konsol PS5 di pasar.
Penimbun atau yang dikenal dengan istilah \”scalper\” ini diketahui menjual kembali konsol PS5 dengan harga yang sangat mahal alias tidak normal. Kini mereka angkat bicara karena dianggap sebagai sosok yang jahat.
\”Semua yang kami lakukan adalah sebagai perantara untuk produk yang dijual dalam jumlah terbatas. Semuanya produk kami jual kembali,\” ungkap pelaku penimbun yang memberikan pernyataan, dikutip dari Forbes.
Permasalahannya yang dilakukan oleh Jordan atau penimbun lain tidak benar. Mereka melakukan pemantauan ke setiap situs penjualan PS5 kemudian mengirimkan bot atau komputer yang diprogram untuk melakukan transaksi pembelian secara cepat dan otomatis.
Akibatnya stok PS5 dalam jumlah besar yang tersedia di pasar langsung ludes tidak tersisa. Konsumen akhirnya tidak memiliki kesempatan untuk melakukan pembelian dengan harga normal. Jordan tidak beraksi sendiri tapi dia membentuk kelompok grup penimbun PS5 yang dinamakan The Lab.
Dia tetap membantah bahwa aksinya merugikan konsumen. Jordan mengklaim bisnis yang dilakukan memberikan kesempatan untuk yang lain mendapatkan pendapatan bahkan sisa hasil penjualannya disebut didonasikan ke sejumlah organisasi non-profit.
\”Ini membuat saya bangga karena bisa membantu siapapun untuk mendapatkan uang tambahan. Kami juga melakukan banyak kegiatan donasi,\” ujarnya.
Menurut pengakuan Jordan dia berhasil mengamankan 25 unit PS5 di bulan Januari dan menjualan dengan GBP700 per unit atau kisaran Rp13 juta per unit padahal harga normal di Inggris adalah GBP450 atau kisaran Rp8,7 juta per unit.