15 Maret 2023. Aldrin Kevin, 25 tahun, memacu kencang sepeda motornya dari kawasan Roxy menuju rumahnya di Pekayon, Bekasi. Dia harus tiba di Pekayon selambat-lambatnya dalam satu jam. Motor bermesin 125cc yang dia tunggangi punya tugas berat hari itu.
Beruntung, Aldrin tiba tepat waktu. Seketika sampai rumah, dia langsung menyambar tas ransel dan bergegas menuju terminal bus di Bekasi Timur. Dia telah memegang tiket bis Gunung Harta tujuan Denpasar seharga Rp580 ribu, yang akan berangkat pukul satu siang. Sepuluh menit Aldrin tiba di terminal, bis berangkat. Kepada armada itu dia pasrahkan mimpinya bertemu sang idola, Black Country, New Road. Sebuah grup musik asal Cambridgeshire, Inggris, yang akan tampil di Joyland Festival Bali.
\”Titik gue memutuskan datang ke sini (Joyland Festival Bali) karena Black Country, New Road. Mau berapapun tiketnya gue beli, mau ke mana pun gue samperin,\” tegas Aldrin.
Perjalanan Aldrin dengan bis itu memakan waktu 23 jam. Karena terburu-buru dia belum sempat menyiapkan bekal perjalanan. Dalam waktu nyaris sehari penuh perutnya hanya disapa makanan berat satu kali, saat bis mampir di sebuah tempat istirahat. Sayangnya saya lupa bertanya, apakah \”Bread Song\” yang membuatnya kenyang hari itu?
(May Kershaw, salah satu personel BCNR yang paling disukai Aldrin. Foto: Plainsong Live)
Hubungan Aldrin dengan Black Country, New Road sangat personal. Tidak bisa diukur dengan ukuran-ukuran penggemar yang sering dipermasalahkan polisi skena Twitter karena memakai kaos band tanpa tahu minimal tiga judul lagunya.
Aldrin melewati pandemi dengan menuntaskan skripsi sebagai mahasiswa tingkat akhir Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Dan lagu Black Country, New Road (BCNR) adalah teman terbaiknya saat itu.
\”Itu band yang menemani gue skripsi. Sekitar Februari 2020 gue lebih dulu tahu Black Midi. Kemudian sekitar Mei 2020 gue tahu Black Country, New Road dari YouTube. Waktu itu mereka baru punya dua single. Gue ikuti Facebook-nya, dan gue merasa dekat.\”
Perjalanan Aldrin bertemu BCNR mirip perjalanan spiritual. Dia telah menyiapkan sebuah kaos sebagai tanda cintanya untuk dihadiahkan kepada BCNR. Kaos itu bukan sembarang kaos, bertuliskan Vvachrri, band emo yang beranggotakan selingkar teman-teman dekat Aldrin. Aldrin juga diketahui sebagai fotografer band itu.
Perjuangan Aldrin belum selesai saat bis berhenti di Denpasar. Dia harus mencari penginapan, dan mendapatkan sebuah home stay yang disebutnya \”benar-benar rumah warga di dalam komplek\” seharga Rp150 ribu, di daerah Denpasar Selatan. Dari home stay itu, Aldrin harus menyambung bis tiga kali sampe ke lokasi acara di kawasan Nusa Dua.
\”Gue harus jalan sekitar dua kilometer dari daerah Bandara untuk naik bis Trans Sarbagita ke Nusa Dua. Dan menunggu bis Trans Sarbagita itu tadi satu jam,\” kata Aldrin menceritakan perjalanan panjangnya.
Festival Musik Inklusif
17 Maret 2023. Waktu yang ditunggu-tunggu tiba. Aldrin beruntung, dia dikabari kawannya jika mungkin ada kesempatan untuk bertemu BCNR secara langsung. Caranya? Aldrin menunggu di salah satu sudut area Lily Pad Stage, sebuah panggung kecil di tepi pantai yang para penampilnya dikurasi oleh The Secret Agents (Indra Ameng dan Keke Tumbuan) dan Orbitware. Informasi yang didapat Aldrin, para personel BCNR menyaksikan penampilan Paradise Bangkok Molam International Band. Rencana yang disusun adalah dia bisa menyambangi personel BCNR setelah menonton aksi band dari Thailand itu.
Sayangnya, Aldrin tak bertemu BCNR di sana. Dia lantas mendapat informasi lanjutan dari kawannya kalau BCNR berjalan mengarah ke Shrooms Garden, sebuah arena yang disiapkan Joyland Festival Bali untuk penampilan para komika. Di depan Shrooms Garden itulah pertemuan antara Aldrin dan BCNR terjadi.
\”Gue cegat mereka di toilet Shrooms Garden.\”
\”Awalnya bassist Tyler dengan drummer Charlie. Kemudian datang Lewis, Luke, dan May. Tapi tidak ada Nina. Gue ngobrol bilang gue nge-fan kalian. Mereka sangat interaktif dan menghargai lawan bicara. Mereka bilang outfit gue keren karena panas-panas pakai parka, celana panjang bahan, dan sepatu boot. Itu memang trademark penampilan gue,\” tutur Aldrin berseri-seri.
Aldrin segera menyerahkan kaos yang telah dia siapkan kepada BCNR. Karena dia hanya membawa satu, dia menawarkan kepada BCNR siapa yang akan menerima kaos itu. Pemain saksofon Lewis Evans lantas menerima kaos itu dan berkata, \”I wear it tonight.\”
Aldrin tak menghiraukan perkataan Lewis, karena rasanya tak mungkin idolanya mengenakan kaos pemberiannya untuk tampil di atas panggung. Itu lebih mirip cerita film. Namun, begitulah takdir Aldrin dan BCNR. Malam itu Lewis benar-benar mengenakan kaos pemberian Aldrin.
Aldrin tak dapat berkata-kata lagi. Perjalanan panjangnya dari Bekasi terbayar lunas dengan pertemuan singkat yang manis dengan idolanya.
\”Waktu anak-anak BCNR itu naik panggung, gue terharu. Apalagi waktu melihat kaos yang gue kasih dipakai. Gue teriak itu band gue!\”
(Lewis Evans mengenakan kaos pemberian Aldrin saat tampil di Joyland Festival Bali. Foto: Plainsong Live)
Mungkin, bagi sebagian orang festival hanyalah festival. Berlalu begitu saja dalam satu malam. Tapi, bagi sebagian yang lain festival adalah tempat mimpi penggila musik terwujud dan akan terkenang seumur hidup. Festival musik adalah muara dari mimpi para penggemar musik. Di sana mereka mewujudkan segala yang diimpikan tentang idolanya.
Mundur ke belakang, 15 Maret pagi, Aldrin pergi ke Roxy menembus hujan lebat untuk mereparasi ponselnya yang rusak. Apes, tiket Joyland Festival berada di pesan WhatsApp dalam ponsel rusak itu. Jadi, dia menempuh Pekayon-Roxy-Pekayon untuk kemudian dilanjutkan dengan perjalanan bis menuju Bali.
Saya sempat bertanya, mengapa dia tidak mereparasi ponselnya di Bekasi?
\”Sparepart Iphone 5s udah enggak ada di Bekasi, harus di Roxy,\” jawabnya.
Pengalaman Aldrin bertemu BCNR akan menjadi monumen tersendiri dalam hidupnya. Festival musik yang inklusif memberi ruang-ruang yang lebih luas untuk terjadinya keajaiban-keajaiban seperti yang dialami Aldrin. Tanpa disadari, tentu Joyland Festival turut ambil bagian dalam hal itu. Keputusan promotor membuat festival yang ramah anak misal, membuat banyak anak-anak yang lebih dini terpapar keberagaman musik dan mengalami aktivitas berkesenian sejak dini. Bukan tidak mungkin, momen itu akan menumbuhkan kisah \”Aldrin\” yang lain pada masa depan.
\”Joyland bukan festival baru bagi gue. Gue dari 2019 datang, yang gue suka Joyland dari dulu venue-nya bagus mau itu di Jakarta juga bagus. Gue suka itu inklusivitasnya. Ada playground, ada program untuk anak kecil, family friendly. Jarang ada festival kayak gitu,\” kata Aldrin.
Usai mendengar perjalanan panjang Aldrin, saya ikut merasakan kelegaan tersendiri. Mendengar kisah hangat dari seorang yang terkabul keinginannya, rasanya sungguh berkenan di hati.
Sayup-sayup terdengar Barasuara memulai panggungnya di Plainsong Live Stage, sekitar lima ratus meter dari lokasi saya mewawancarai Aldrin. Sebelum berpamitan, Aldrin sekali lagi merangkum kisah perjalanannya.
\”BCNR dekat tapi jauh, jauh tapi dekat. Bagaimana cara kenalan dengan mereka. Musik mereka gue dengerin setiap hari saat gue jalan sore. Gue dengerin semua musiknya, dengerin semua interview-nya. Ini seperti dream come true,\” tutup Aldrin.
(Aldrin Kevin bersama Lewis Evans usai BCNR tampil. Foto: dok. Aldrin Kevin)
Dilansir dari Medcom.id