Bagi seorang musisi, melakukan eksplorasi dalam menggarap karyanya merupakan sebuah fase yang cepat atau lambat pasti akan mereka alami. Hal itulah yang kini sedang dilakukan oleh Idgitaf dalam single teranyarnya yang diberi judul \”Dermaga\”.
Melalui lagu ini, Idgitaf bercerita mengenai kehidupan manusia yang seringkali dihadapkan dengan momen pertemuan dan perpisahan dalam setiap fase kehidupannya, layaknya dermaga yang merupakan tempat untuk sekadar singgah.
“Aku memaknai dermaga itu sama seperti manusia. Di mana kita nggak bisa minta orang untuk datang dan pergi di hidup kita secara gampang, karena keduanya sama-sama berat menurut aku. Memulai dan mengakhiri itu berat,\” beber Idgitaf dalam siaran pers.
Bicara soal eksplorasi, \”Dermaga\” layaknya sebuah anomali dari karya-karya Idgitaf sebelumnya yang punya kesan riang dan ceria. \”Dermaga\” terasa sendu dan gelap, dengan iringan piano yang minimalis.
“Aku jarang banget bikin musik seperti ini. Maksudnya, ini sesuatu yang pertama kali aku tunjukkan ke orang-orang, dan aku pun baru bereksplorasi musik yang seperti ini di ‘Dermaga’,\” ungkap Idgitaf.
Selaras dengan aransemen musiknya yang minimalis, proses produksi \”Dermaga\” pun tidak melibatkan banyak orang. Idgitaf hanya dibantu oleh Ibnu Dian selaku produser serta Dimas Pradipta untuk mixing dan mastering. Sementara untuk liriknya ditulis oleh Idgitaf sendiri.
Setelah perilisan “Dermaga”, Idgitaf bersiap untuk memperkenalkan dirinya secara utuh dalam album debut yang dijadwalkan rilis pada pertengahan tahun ini.
“Harapannya, pendengar dari album nanti bisa menemukan benang merah yang sebenarnya aku bawa, pesan yang ingin aku sampaikan, dan semoga itu membawa kedekatan lagi antara aku dan pendengar,\” harap Idgitaf.
\”Karena balik lagi ke tujuanku bermusik, aku pengin musikku jadi teman untuk orang-orang, tidak hanya semata unjuk gigi musikalitas dan kepiawaian merangkai kata, tapi aku pengin lagu-laguku jadi teman dari kehidupan sehari-hari pendengar,\” pungkas Idgitaf.
Dilansir dari Medcom.id