Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19 adalah dengan melakukan testing atau pengetesan untuk mendeteksi apakah seseorang telah terapar virus corona atau tidak.
Sejauh ini telah dikenal beragam tes seperti rapid test antibodi yang dilakuan dengan sampel darah, rapid test antigen dengan sampel dan swab PCR (Polumerase Chain Reaction), yang keduanya mengambil sampel dari cairan di pangkal hidung dan tenggorokan.
Namun, karena rasa tidak nyaman pada proses pengambilan sampel dan hasil yang relatif lama, membuat pihak-pihak pengambil kebijakan mempertimbangkan metode tes lainnya.
Metode tersebut di antaranya adalah swab anal (melalui dubur) dan swab saliva (tes air liur).
Belakangan, metode swab anal untuk mendeteksi Covid-19 tengah menjadi perbincangan luas.
Para dokter di Beijing You’an Hosptal, China, menyebut metode ini lebih akurat dibanding swab nasofaring atau hidung dan pangkal tenggorokan yang sekarang dilakukan secara global (PCR).
Penggunaan metode swab anal didasari oleh temuan bahwa virus corona bertahan lebih lama di saluran pencernaan dibanding di saluran pernapasan. Karenanya, false positive diyakini labih kecil terjadi pada swab anal.
Swab anal dilakukan dengan memasukkan alat swab 3 sampai 5 sentimeter ke dalam rektum atau dubur.
Metode pendeteksi Covid-19 yang juga jadi pembicaraan adalah Swab Saliva atau Tes Saliva. Tes saliva adalah metode pendeteksi virus corna dengan menggunakan sampel air liur.
Dikutip dari WebMd, tes saliva mendeteksi materi genetik virus dalam sampel air liur dengan kecepatan yang sama seperti metode swab yang mengumpulkan materi melalui mulut dan hidung.
Penelitian yang diunggah JAMA Internal Medicine membuktikan, metode air liur menunjukkan keakuratan dalam mendeteksi kasus positif Covid-19 sebanyak 83 persen, sedangkan tes swab PCR sebesar 85 persen.
Dilansir dari: pramborsfm.com