Jakarta: Sastrawan legendaris Tanah Air, Sapardi Djoko Damono, tutup usia di Rumah Sakit Eka Hospital, BSD, Tangerang, pada Minggu pagi 19 Juli 2020. Dia meninggal karena komplikasi penyakit dan penurunan fungsi organ tubuh.
Kepergian Sapardi sontak meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia terkhusus bagi penggemar kesusastraan. Meski telah menutup usia, produk budaya Sapardi akan tetap dikenang sepanjang masa. Berikut 5 karya Sapardi yang kami rekomendasikan untuk disimak.
1. Hujan Bulan Juni
Sapardi dikenal karena menelurkan karya dengan kesederhanaan diksinya. Baginya, ini merupakan salah satu poin kekuatan dalam kesusastraannya.
Kesederhanaan tersebut disematkannya dalam karya puisinya yang paling terkenal bertajuk Hujan Bulan Juni. Puisi ini lantas dirangkum hingga menjadi sebuah novel trilogi yang menceritrakan kisah Sarwono dan Pingkan. Novel tersebut diterbitkan Grasindo pada 1994.
Hujan Bulan Juni lantas diadaptasikan ke dalam sebuah film berjudul sama oleh sutradara Hestu Saputra pada 2017 lalu. Film layar lebat ini dibintangi Adipati Dolken serta Velove Vexia.
2. Trilogi Soekram
Sapardi juga menggarap novel Trilogi Soekram pada 2015. Ini merupakan gabungan dari tiga buku berjudul Pengarang Telah Mati, Pengarang Belum Mati dan Pengarang Tak Pernah Mati.
Trilogi Soerkam menceritakan kisah Soekram yang melompat dari alur cerita novel. Dia protes dengan sang penulis novel lantaran tak menyelesaikan cerita hingga tuntas. Dia juga menggugat penulis dengan sejumlah pertanyaan, seperti, mengapa jalan cintanya begitu rumit?
Trilogi Soekram karya Sapardi ini disebut sebagai salah satu karya kompleks antara penulis dengan apa yang sedang ia tulis. Novel yang kerap dibahas akademisi Sastra ini mengambil latar di berbagai tempat mulai rumah tangga, kampus dan peristiwa Mei 1998.
3. Lelaki Tua dan Laut
Sapardi juga pernah menerjemahkan novel The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway. Novel ini menceritakan kisah Santiago, seorang nelayan tua, yang bekerja keras menaklukan ikan marlin raksasa di tengah arus ganas Teluk Meksiko.
Novel yang mendaoatkan bergaam penghargaan ini lantas diterjemahkannya menjadi judul Lelaki Tua dan Laut oleh Sapardi. Dengan sentuhan magis Sapardi, novel Lelaki Tua dan Laut menjadi gurih dan enak dibaca.
4. Bilang Begini, Maksudnya Begitu
Sapardi juga menulis karya sastra berjudul Bilangnya Begini, Maksudnya Begitu. Karya ini digarapnya dengan maksud agar pembaca lebih mengapresiasi karya sastra puisi.
Lewat buku ini, Sapardi juga menjelaskan tentang gaya yang digunakan penyair dalam membuat puisi. Musisi Jason Ranti juga mengapresiasi buku ini lewat lirik di lagunya yang berjudul Lagunya Begini Nadanya Begitu.
5. Beberapa buku non-sastra yang menarik untuk disimak
Tak hanya puisi dan novel, Sapardi juga menulis buku akadenik yang kerap digunakan untuk perkuliahan dan referensi di bidang Sastra. Buku tersebut di antaranya berjudul Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978), Politik, Ideologi, dan Sastra Hibrida (1999) dan Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan: Sebuah Catatan Awal.