Seorang pria dengan bendera pelangi dan mengenakan T-shirt dengan kata-kata \’Respek untuk Wanita Iran\’ di punggungnya menyerbu lapangan selama pertandingan di Piala Dunia Qatar, Selasa, 29 November 2022 dini hari WIB.
Pria itu berada di lapangan selama sekitar 30 detik selama paruh kedua pertandingan antara Portugal dan Uruguay sebelum diamankan petugas keamanan. Kaosnya juga tertera kata-kata \’Selamatkan Ukraina\’ di bagian depan, mengacu pada negara yang dilanda perang.
Pemrotes tersebut diidentifikasi sebagai Mario Ferri dari Italia, oleh kantor pers Italia AGI.
Dia telah melakukan protes serupa sebelumnya, termasuk di Piala Dunia 2014 di Brasil, di mana dia mengangkat isu anak-anak yang hidup dalam kemiskinan.
\”Kami tahu apa yang terjadi di sekitar Piala Dunia ini… Ini hal yang normal terjadi,\” kata pemain Portugal Ruben Neves.
\”Tentu saja, kami semua bersama mereka juga. Dengan Iran juga, dengan para wanita Iran. Jadi saya harap itu tidak terjadi, apa pun pada pria itu, karena kami memahami pesannya, dan saya pikir seluruh dunia memahaminya.\”
Hak-hak kaum gay dan penggunaan bendera pelangi telah menjadi isu panas di Piala Dunia di negara Teluk itu, di mana homoseksualitas adalah ilegal.
Kapten dari tujuh tim Eropa telah merencanakan untuk mengenakan ban lengan anti-diskriminasi bertema pelangi selama turnamen sebagai bagian dari kampanye keragaman. Namun mereka mengurungkan niatnya karena ancaman tindakan disipliner dari badan sepak bola FIFA, termasuk kartu kuning.
Menteri olahraga Inggris Stuart Andrew akan mengenakan ban lengan berwarna pelangi ketika dia menghadiri pertandingan Inggris melawan Wales pada hari Selasa.
Fans mengeluh sebelumnya di turnamen bahwa mereka telah diberitahu untuk menghapus item pakaian dengan pelangi pada mereka.
Tim Iran secara terpisah menjadi sorotan karena protes anti-pemerintah di dalam negeri.
Tim Iran tidak menyanyikan lagu kebangsaan sebelum pertandingan pertama mereka melawan Inggris sebagai bentuk solidaritas dengan para pengunjuk rasa.
Iran telah diguncang oleh lebih dari dua bulan demonstrasi nasional sejak kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun dalam tahanan polisi moralitas pada 16 September.
Amini, seorang warga Iran berusia 22 tahun asal Kurdi, meninggal tiga hari setelah penangkapannya di Teheran atas dugaan pelanggaran aturan berpakaian bagi perempuan, termasuk kewajiban jilbab. AFP PHOTO/Odd Andersen/Pablo Porciuncula/Patricia de Melo Moreira
Dirilis dari : medcom.id