Supermodel kulit hitam, Naomi Campbell, ingin mengakhiri disparitas rasial yang cukup sering menimpa para model kulit hitam di industri fesyen global. Secara khusus, model berusia 50 tahun itu bercerita mengenai komitmennya untuk menentang rasialisme di industri fesyen dalam sebuah wawancara eksklusif dengan majalah Vogue yang akan tayang pada edisi November esok.
“Saya tidak pernah menyebut kata rasialisme (dalam dunia modeling), tapi saya cukup sering mengatakan teritorialisme. Saya tak pernah ingin orang berprasangka bahwa saya menggunakan kata itu (rasialisme) sebagai alasan untuk bertahan di industri ini, makanya saya buang kata itu,” ungkap Campbell yang menjadi model kulit hitam pertama yang tampil dalam British Vogue dan French Vogue, seperti dilansir dari vogue.com, Selasa (20/10).
“Sekarang saya senang karena semua orang kini memiliki pemikiran yang sama dengan saya, bahwa setiap orang kini bebas untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan, tanpa perlu merasa takut dengan stigma,” sambung Campbell. Dalam wawancara tersebut, Campbell juga menceritakan pengalamannya menghadapi stereotip rasialisme dan seksis yang sering dilabelkan para haters kepadanya tentang seorang perempuan kulit hitam pemarah.
“Ada beberapa hal yang pernah saya lakukan ketika masih muda, yang mungkin bisa dikatakan kesalahan saya, dan itu berdampak buruk ke persepsi (stereotip) orang terhadap ras saya,” jelasnya. “Tapi sekarang hal-hal yang saya lakukan, bukan hanya untuk kepentingan pribadi saya lagi. Saya memikirkan budaya dan ras saya,” jelas model yang memulai debutnya dalam video klip penyanyi Bob Marley, Is this Love.
Stigma
“Saya rasa sudah cukup,” tukas Campbell menanggapi stigma-stigma negatif yang beredar tentang perempuan kulit hitam. “Apakah sekarang kita (orang-orang kulit hitam) memiliki hak untuk berbicara? Ya, itulah mengapa saya selalu berbicara hal ini,” lanjutnya seperti dilansir dari people.com.
Campbell juga blak-blakan mengaku pernah mengkritik secara keras kebijakan Anna Wintour selaku dewan redaksi dari majalah Vogue, yang menurutnya gagal mengusung inklusifitas dalam industri fesyen. Ia mengatakan hal tersebut saat ia menjadi bintang tamu dalam talk show Watch What Happens Live with Andy Cohen pada Juli lalu, ketika protes Black Lives Matter mulai masif terjadi di Amerika Serikat. “Saya hanya bisa membayangkan mengapa aksi protes dari komunitas kulit hitam gencar hari-hari ini terkait dengan Black Lives Matter. Terlebih saya tahu kekerasan dan ketidakadilan yang kita lihat bersama itu telah ada sejak lama. Mencari jalan penyelesaian final untuk kasus-kasus ini ialah sebuah kewajiban,” papar model keturunan Afrika-Jamaika- Tionghoa tersebut.
“Saya ingin mengatakan dengan jelas bahwa saya tahu Vogue belum menemukan cara yang tepat untuk memberi ruang bagi editor, penulis, fotografer, desainer, dan pencipta busana dari komunitas kulit hitam. Dalam hal ini, kami juga melakukan kesalahan karena kami juga sering menggunakan gambar atau cerita yang menyakitkan dan tidak toleran. Saya bertanggung jawab penuh atas kesalahan itu,” ungkap Campbell.
“Saya pikir banyak hal akan berubah ke depan, segalanya akan berubah.” pungkasnya.