Jakarta: Barongsai merupakan tarian tradisional Tionghoa yang dilakukan pada acara-acara besar, seperti Festival Musim Semi (Tahun Baru Imlek) untuk keberuntungan karena diyakini bahwa singa adalah hewan yang membawa keberuntungan.
Dalam budaya Tiongkok singa melambangkan kekuatan, kebijaksanaan, dan keunggulan. Orang-orang melakukan tarian singa atau biasa disebut Barongsai ini di festival atau acara-acara besar untuk membawa keberuntungan dan mengusir roh jahat.
Tarian singa adalah salah satu tradisi terpenting di Tahun Baru Imlek. Itu dilakukan untuk membawa kemakmuran dan keberuntungan untuk tahun yang akan datang. Tarian singa juga merupakan salah satu cara untuk menciptakan suasana pesta dan membawa kebahagiaan.
Dilakukan dengan menggunakan kostum singa, diiringi alunan musik tabuhan genderang, simbal bentrok, dan gong yang bergema, barongsai meniru berbagai gerakan singa atau memperagakan ketangkasan bela diri, tergantung gayanya.
Tarian Barongsai dibawakan oleh dua \”penari\” dengan kostum singa, mirip seperti kuda pantomim. Dengan menggunakan kostum, para penari \”seolah-olah\” menjadi singa.
(Tarian Barongsai dipercaya untuk membawa keberuntungan dan mengusir roh jahat. Foto: Ilustrasi/Unsplash.com)
Pemain yang berada di depan dianggap sebagai kepala dan tungkai depan pada singa, yang di belakang adalah punggung dan kaki belakang.
Kaki para pemain Barongsai juga dihiasi dengan warna yang sama dengan tubuh singa. Dan terkadang kostumnya meluas ke sepatu dengan bentuk dan warna cakar singa. Kepala singa biasanya berukuran besar dan seperti naga.
Dikutip dari China Highlights, pada budaya tradisional Tiongkok, singa, seperti halnya naga Tiongkok, hanyalah hewan yang ada dalam mitos, dan sebenarnya tidak ada singa di Tiongkok.
Sebelum Dinasti Han (202 SM – 220 M), hanya beberapa singa yang mencapai Dataran Tengah dari wilayah barat Tiongkok kuno (sekarang Xinjiang), karena perdagangan Jalur Sutra.
Pada saat itu, orang-orang meniru penampilan dan tindakan singa dalam sebuah pertunjukan, yang berkembang menjadi barongsai pada Three Kingdoms Period (220–280) dan kemudian menjadi populer seiring munculnya agama Buddha di Dinasti Utara dan Selatan (420–589).
Pada Dinasti Tang (618–907), barongsai adalah salah satu tarian istana. Setelah itu barongsai terus menjadi pertunjukan populer di kalangan masyarakat, untuk mendoakan keberuntungan selama Festival Musim Semi atau selama perayaan lainnya.
Dilansir dari: medcom.id