Serial Layangan Putus yang dibintangi Reza Rahardian, Putri Marino, dan Anya Geraldine tengah ramai diperbincangkan warganet di media sosial. Psikolog klinis sekaligus penulis buku, Naomi Tobing, turut memberikan tanggapannya mengapa serial ini bisa heboh.
“Serial ini, kan, temanya perselingkuhan. Sebenarnya, tema ini cukup banyak terjadi di masyarakat sehingga banyak pula yang merasa relatable (terkait) dengan kisahnya,” ujar Naomi dalam tayangan Showbiz di Metro TV, Minggu, 9 Januari 2022.
Drama yang diangkat dari kisah nyata itu bertutur tentang kehidupan rumah tangga yang mapan dan terlihat nyaris tak bercelah. Namun, di balik itu semua, ternyata terdapat hubungan yang tidak sehat alias toxic relationship.
Dalam serial Layangan Putus, Naomi mencontohkan
toxic relationship itu tercermin pada sifat Aris yang memberikan perhatian dan kasih sayang secara berlebihan kepada istrinya, Kinan. Psikolog itu menilai, tindakan Aris tersebut merupakan salah satu bentuk pertahanan diri yang disebut reaksi formasi.
“Dia menyembunyikan motif atau perasaan sesungguhnya dan menunjukkan tindakan, reaksi, atau ekspresi yang berlawanan. Itu sebenarnya (bertujuan) untuk menutupi perselingkuhannya,” sambung Naomi.
Tak hanya itu, tayangan Layangan Putus juga menyiratkan sifat manipulatif yang disinyalir menjadi indikator toxic relationship. Alih-alih merasa bersalah atas perbuatannya, sang pelaku perseligkuhan justru membuat pasangannya merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri atas perseligkuhan yang terjadi.
Karena diangkat dari kisah nyata, tak ayal membuat banyak penonton mengalami paranoia. Alhasil, mereka kerap mencurigai pasangannya. “Perlu diingat bahwa drama ini adalah kisah orang lain yang mungkin tidak terjadi pada kita. Jadi, jangan menimbulkan masalah yang sebenarnya tidak ada,” tegas Naomi.
Jika penonton masih terus mengalami rasa cemas dan ketakutan yang berlebihan usai menonton serial tersebut, Naomi menyarankan untuk segera mengonsultasikannya ke psikolog.
Dilansir dari: medcom.id