Minyak essensial atau essential oil saat ini banyak dijadikan pilihan untuk membantu mengatasi alergi musiman yang cukup berat. Minyak essensial adalah cairan yang disuling dari berbagai macam tumbuhan yang dapat dihirup, atau diletakkan langsung di kulit.
Penggunaan minyak essensial ini memang tidak membutuhkan resep dokter tetapi masih perlu bimbingan medis untuk penggunaannya.
Dikutip dari Health, berikut adalah jenis-jenis minyak essensial yang bisa digunakan untuk mengatasi alergi musiman, seperti:
1. Minyak lemon
Minyak lemon adalah pilihan paling populer untuk mengatasi alergi karena musim. \”Satu studi menunjukkan bahwa semprotan hidung yang mengandung minyak esensial lemon benar-benar dapat mengurangi peradangan pada sinus,\” kata Ryan D. Gauthier, dokter akupuntur dan kedokteran oriental dan manajer untuk Integrative Medicine di Henry Ford Health System, AS.
(Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
2. Minyak peppermint
Peppermint secara umum terkait dengan mentol dan mentol digunakan dalam obat-obatan untuk melegakan bagian sinusitis dan hidung. Berbagai macam tanaman yang memiliki kandungan minyak peppermint banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. Khususnya untuk berbagai keluhan kesehatan, seperti masalah perut, pernapasan, dan nyeri.
(Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
3. Minyak anti inflamasi
Minyak atsiri termasuk minyak esensial yang paling banyak dipakai untuk mengatasi alergi karena sifat anti-inflamasinya. Minyak lavender dan tea tree, misalnya, keduanya bersifat anti-inflamasi. Selain itu, minyak tersebut juga dapat membantu dalam mengatasi alergi yang berhubungan dengan kondisi kulit.
(Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
4. Cara menggunakan minyak essensial secara aman
Minyak atsiri juga tidak boleh dicerna. Mereka dapat memengaruhi sistem detoksifikasi hati dan ginjal. Beberapa minyak lebih aman daripada yang lain, tetapi orang awam tidak boleh meminumnya secara langsung.
\”Untuk masalah sinus, minyak esensial dapat diberikan dengan meletakkan minyak pada kapas dan menciumnya. Pastikan mereka diencerkan ke konsentrasi yang benar atau mungkin sebaiknya bisa berkonsultasi dengan profesional medis,\” saran Gauthier.
(Foto: Ilustrasi. Dok. Unsplash.com)
Dilansir dari: medcom.id