\”Selalu ada satu atau dua orang di dalam sebuah keluarga, yang ngerasa dirinya gak cocok di sana. Mungkin di antara kalian, orang itu adalah Aurora.\”
Kalimat tersebut rasanya mewakili perasaan Aurora, atau mungkin juga perasaan kebanyakan anak tengah di luar sana yang sering merasa asing dengan keluarganya sendiri. Perasaan itu lah yang coba digali lebih dalam di film Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang (JJJLP).
Sinopsis JJJLP
Film ini melanjutkan kisah si anak tengah bernama Aurora (Sheila Dara) yang di akhir film pertamanya (Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini atau NKCTHI), pergi jauh dari rumahnya untuk menimba ilmu di London, Inggris.
Namun, kehidupan di perantauan jelas tak mudah. Hidup dan kuliah Aurora berantakan, ia bahkan sempat lost contact dengan keluarganya selama dua bulan. Hal ini pun membuat saudaranya, Angkasa (Rio Dewanto) dan Awan (Rachel Amanda), menyusulnya ke London.
Perjalanan menemukan diri sendiri dan memilih keluarga
\”Ada banyak hal yang kita kira sudah selesai, tentang apa yang diinginkan, tentang apa yang diharapkan. Pergi jauh mengubah itu semua. Dia seperti perjalanan pulang menemukan diri sendiri.\”
Sama seperti film pertamanya, JJJLP dibuka dengan sebuah narasi yang didukung dengan sebuah soundtrack dari Kunto Aji. Jika pada NKCTHI narasinya diiringi dengan lagu \”Rehat\”, JJJLP diiringi dengan \”Saudade\”.
Seperti yang tergambar dalam narasi yang diucapkan Aurora di atas, di London, di tempat yang asing dan jauh dari tempat asalnya, Aurora justru menemukan rumahnya sekaligus dirinya sendiri.
Di London, ia memiliki dua orang sahabat, yakni Honey (Lutesha) dan Kit (Jerome Kurnia). Mereka berdua jadi support system, pelindung, juga jadi orang pertama yang mengingatkan sekaligus menegur jika Aurora melakukan kesalahan yang merugikan dirinya sendiri.
Honey dan Kit jadi keluarga yang membantu Aurora bertahan hidup di London, termasuk membantu Aurora keluar dari hubungan toxic-nya dengan Jem (Ganindra Bimo).
Bersama Honey dan Kit, Aurora merasa nyaman. Ia seperti baru pertama kali merasakan kehangatan keluarga sekaligus menemukan tempat dimana ia bisa menjadi dirinya sendiri. Hal itu malah tak pernah ia dapatkan ketika bersama keluarga kandungnya.
Gaya bercerita yang berfokus pada perasaan
Sama seperti film pertamanya, alur cerita dan garis waktu dalam JJJLP juga diceritakan dengan teknik atau gaya bercerita non linear atau maju mundur. Namun, jika pada film pertamanya mudah untuk membedakan mana masa lalu dan mana yang sekarang, JJJLP tidak.
Dalam sebuah wawancara, Angga Sasongko selaku sutradara dan Irfan Ramli sebagai penulis naskah mengaku sengaja menerapkan gaya bercerita demikian. Tujuannya agar kita sebagai penonton tidak berfokus pada alur ceritanya saja, tapi juga ikut merasakan perubahan perasaan Aurora sepanjang filmnya berjalan.
\”Jadi memang waktu tuh jadi bias di sini. Jadi kita kayak tidak terjebak dalam timeline peristiwa yang harus runut. Jadi kita mengikuti bagaimana tumbuhnya seorang Aurora dari dia datang, sampai akhirnya dia mengalami kegagalan pertama, luka, dan sebagainya, akhirnya dia bangkit. Jadi kita mencoba membangun perasaan itu,\” tutur Irfan Ramli.
Selain itu, JJJLP lebih banyak memperlihatkan sisi kota London yang humanis, dimana aktivitas keseharian orang-orangnya lebih ditonjolkan, jauh dari kesan kota destinasi. Hal ini membuat kita sebagai penonton dapat lebih fokus menikmati cerita dan perasaan dalam filmnya.
Visual cantik berjodoh dengan musik latar yang tepat
Sama seperti NKCTHI, kisah dalam film JJJLP pun diceritakan dengan visual yang cantik. Hal ini berkat kombinasi penempatan kamera, tata cahaya, juga penempatan aktor di depan kamera (blocking). Pergerakan kamera yang lebih natural pun membuat kita sebagai penonton seolah terlibat dalam setiap adegannya.
Visual yang cantik itu berjodoh dengan musik latar yang tepat. Setiap komposisi musik yang diciptakan oleh Abel Huray mampu mendukung suasana dan emosi di setiap adegan dengan baik. Di kebanyakan momen, alunan musiknya juga mampu menambah intensitas ketegangan.
Soundtrack dalam film ini juga mampu mendukung beberapa adegan jadi terasa semakin emosional. Selain lagu milik Kunto Aji, ada lagu \”Apa?\” milik Petra Sihombing, juga \”Dunia Tipu-tipu\” milik Yura Yunita.
Yura Yunita dan Armand Maulana juga masing-masing menyumbangkan dua original soundtrack (Ost) yang berjudul \”Jalan Pulang\” dan \”Rerata\”. Bahkan, video klip lagu \”Rerata\” juga dibuat di London, berbarengan dengan proses syuting JJJLP.
Meski bisa terasa dekat dengan siapa saja, mungkin Aurora dan kisahnya akan terasa lebih dekat lagi bagi kalian yang jauh di perantauan, apalagi jika kalian juga merasakan hal yang sama dengan apa yang Aurora rasakan terhadap keluarganya.
Akhir kata, Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang masih berhasil meninggalkan kesan hangat setelah menonton filmnya, namun dengan rasa dan cara yang berbeda dari Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang sudah bisa dinikmati di bioskop!.
Dilansir dari: medcom.id