Artis hip hop dan mantan anggota parlemen, Phyo Zeya Thaw menjadi salah satu dari empat aktivis demokrasi yang dieksekusi di Myanmar.
Dilansir dari Mixmag, selain Phyo Zeya Thaw, tokoh demokrasi terkemuka Kyaw Min Yu juga dieksekusi karena diduga melakukan perencanaan serangan teror. Eksekusi ini merupakan eksekusi pertama di Myanmar selama beberapa dekade.
Phyo Zeya Thaw ditangkap pada November 2021 ketika sekitar 100 petugas polisi dan personel militer menggerebek sebuah perumahan Yangon. Ia dijatuhi hukuman mati karena melanggar Undang-Undang Anti-terorisme pada bulan Januari.
Phyo Zeya Thaw sempat berkarier sebagai seorang penyanyi hip hop, ia merupakan bagian dari salah satu grup hip hop pertama di negara itu yaitu Acid. Pada tahun 2000, ia merilis salah satu album rap pertama, dengan menampilkan lirik yang berunsur politik dan menggambarkan pesimisme yang dirasakan oleh generasi muda.
Liriknya kritis terhadap rezim militer sebelumnya, dan di samping rapnya, dia adalah seorang aktivis terkemuka dengan gerakan yang dikenal sebagai \’Generation Wave\’, yang menggunakan pamflet, grafiti, dan materi protes berkode.
Sebelumnya, ia juga sempat dipenjara pada tahun 2008 karena aktivisme melawan pemerintah pada saat itu. Banyak orang di Myanmar yang mengubah gambar profil media sosial mereka menjadi hitam dan merah untuk menunjukkan dukungan. Hingga beberapa orang memposting lirik dari lagu-lagu Thaw, seperti \”tidak ada yang akan terjadi jika kita semua bersatu”.
Selain Phyo Zeya Thaw dan Kyaw Min Yu, diketahui dua pria lainnya yang juga dihukum mati adalah Hla Myo Aung dan Aung Thura Zaw karena diduga membunuh seorang wanita yang mereka yakini sebagai informan Junta.
Menteri hak asasi manusia dalam kabinet Pemerintah Persatuan Nasional, Aung Myo Min membantah tuduhan pembunuhan tersebut dengan mengatakan kepada Associated Press.
“Menghukum mereka dengan kematian adalah cara untuk mengatur publik melalui rasa takut,” ujarnya dikutip dari Mixmag, Senin, 25 Juli 2022.