Label rekaman Demajors merilis salah satu album yang paling menarik untuk disimak pada tahun ini, yaitu Paseser.
Paseser merupakan album debut dari musisi asal Pulau Madura, Lorjhu (baca: lorcuk, yang berarti kerang bambu. Berisi sembilan track, album ini dirilis dalam format CD dan digital, mulai 18 Maret 2022.
Lorjhu merupakan identitas musik dari seorang bernama Badrus Zeman. Badrus lahir dan besar di Sumenep, kemudian bekerja sebagai animator dan guru di Jakarta. Meski demikian, seluruh karya dalam album debutnya terinspirasi dari kehidupan di daerah pesisir Madura. Tema itu dia kawinkan dengan musik indie-rock yang terdengar kontemporer. Keseluruhan lirik dalam album Paseser ditulis Badrus dalam bahasa Madura.
“Lorjhu’ belum sempat manggung dengan proper, ingin sekali segera bisa tampil bawain lagu-lagunya dengan full band. Lorjhu’ bisa saja nantinya menjadi sebuah grup band utuh, bisa juga tetap solo dengan iringan band. Yang pasti saya akan berusaha membawa pengalaman saat di kampung dulu ke dalam paket pertunjukan Lorjhu,” kata Badrus.
Perlahan, berangkat dari keterbatasan alat, Lorjhu mendapat apresiasi dan eksistensi yang menjadi bekal baik di awal perjalanan.
“Selama pandemi semua serba online dan mandiri, apresiasi pun jadinya terlihat lebih global, seperti ada radio online di Polandia yang memainkan lagu-lagu Lorjhu,” jelas Badrus.
Profil Singkat Lorjhu’
Badrus Zeman, lahir dan besar di Sumenep, Madura tepatnya 26 November 1990 di Desa Prenduan. Berkesenian dari usia sekitar 3 tahun. Dari menyukai seni menggambar dan melukis pada sekolah tingkat dasar, serta sangat menyukai film, lalu mulai menyukai seni musik saat kelas 5 SD, hingga betul-betul mempelajarinya saat Tsanawiyah di Pesantren.
Pernah membuat grup musik duo instrumental bersama salah seorang kawan di pesantren, dengan nama grup “Duo Gentong” yang mengeksplor alat gentong sebagai instrumen. Lalu membuat Band pada saat Madrasah Aliyah/SMA, bernama Sponge Rock, beranggotakan 4 orang dengan posisi Vokal dan Gitaris. Seiring waktu Formasi berubah sehingga tersisa 2 personel “Badrus Vokal Drum & Ervan Gitar” dengan merubah nama menjadi Red Lizard.
Setelah lulus SMA, Red Lizard bubar karena Badrus harus merantau ke Jakarta tahun 2009, kuliah di salah satu isntitusi seni di Jakarta, dengan jurusan film sebagai penyutradaraan animasi minat utamanya. Dari situ Badrus juga sempat membuat proyek solo dengan genre Trhash Black Etnik Metal bernama BADZEM tahun 2011, yang diambil dari nama panjangnya. EP berhasil dirilis di internet dengan berisikan 4 lagu yang 3 diantaranya berbahasa Madura. Namun kurang banyak mendapat pendengar.
Tahun 2012 sempat rilis solo musik dengan genre Glam Rock namun lagi-lagi kurang begitu banyak mendapat respon, pada tahun 2016 kembali rilis dengan proyek yang tak biasa dari sebelumnya, dengan format pop folk, Badrus merilis EP bertajuk Majang dengan hitnya berjudul “Saling Merindu” yang dirilis digital, dan rilis fisik dengan format CD yang diburn sendiri sebanyak 50 keping, dan dijual dikalangan kampus dan cukup mendapat sambutan meriah dari kawan-kawan.
Setelah itu karena merasa ada angin segar, Badrus mencoba kembali dengan karya yang berbeda, yaitu sebuah karya lagu religi yang dibuat dengan nuansa viking, dibantu kawannya Gaharaiden Soetansyah, sebagai pemain perkusi. Pada 2019 akhir, Badrus mencoba kembali dengan format musik yang diinginkan, yakni dua unsur musik tradisi dan modern, digabungkan menjadi satu bentuk karya, dan jadilah Lorjhu’ yang rilis perdana dengan Nemor pada Februari 2020.Sepanjang 2012 hingga saat ini, selain sebagai musisi, Badrus juga aktif di akademisi perfilman di kampusnya, sebagai pengajar film animasi pada tahun 2015 dan sebagai tenaga kerja lepas bidang film, music director dan animasi sampai saat ini.