Jakarta: Sutradara Angga Dwimas Sasongko dan tim rumah produksi Visinema Pictures bisa jadi orang paling sibuk meladeni tudingan yang dialamatkan kepada film animasi mereka yakni Nussa. Tuduhannya tidak main-main: dijadikan alat propaganda kelompok tertentu.
Tudingan ini pertama kali disebutkan oleh penulis dan pegiat media sosial Denny Siregar. Dia menyebut Angga tidak tahu jika film Nussa dengan campur tangan Felix Siauw, pemuka agama yang dikenal sebagai anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Sejak 2017, organisasi HTI dibubarkan pemerintah karena dianggap bertentangan dengan Pancasila.
Denny kembali melanjutkan tuduhannya. Dia memperkarakan pakaian yang dipakai Nussa yang dia sebut \’model gurun pasir\’.
\”Mas @anggasasongko apa gak paham ya, kalau pilem Nusa ini yang bidani Felix Siaw? Lihat saja bajunya si Nussa, emang anak muslim Indonesia bajunya model gurun pasir gitu? Setahu saya, dari dulu kita sarungan deh. Hati-hati mas, jangan jadi jembatan propaganda mereka (kelompok Felix Siauw/HTI),\” kata Denny.
Angga yang duduk sebagai Eksekutif Produser film Nussa tentu menolak semua tuduhan Denny. Dia memastikan tidak ada intervensi atau peran Felix Siauw di film Nussa. Dia lalu mempertanyakan dari mana Denny dan pengikutnya menganggap film Nussa merupakan produksi Felix Siauw.
\”Mas Denny, pada proses kreatif dan produksi tidak ada keterlibatan pemuka agama. Cerita dan skenario film ini digarap Skriptura, divisi IP Development Visinema Group. Produksi animasinya oleh The Little Giantz dan distribusi & promosinya oleh Visinema Pictures,\” tulis Angga.
\”Yang saya enggak paham cerita bahwa Felix Siauw ada di balik film Nussa itu dari mana? Produsernya isteri saya, @anggiakharisma. Penulis skenarionya dua penulis saya di Visinema. Pendanaan juga dari Visinema dan The Little Giantz,\” lanjut Angga.
Asumsi Denny Siregar yang menyebut ada intervensi Felix Siauw di film Nussa tampaknya akibat dari unggahan Felix di Instagram. Saat itu, Felix mengabarkan jika serial Nussa berhenti tayang. Dia me-mention akun Nussa Official dan akun Film Nussa.
Angga tentu saja kelimpungan karena akibat dari unggahan Felix itu, pemberitaan yang muncul malah film Nussa ikut berhenti tayang.
\”Sumber berita dari posting IG orang yang tidak terlibat dalam produksi, lalu menyimpulkan sendiri. Padahal, kalau saya sebagai executive producer ditanya konfirmasinya, bisa saya jawab: FILM NUSSA TRAILERNYA BENTAR LAGI RILIS,\” tulis Angga. Lagi-lagi Angga menegaskan tidak ada campur tangan Felix Siauw di film Nussa. \”Di proses produksi dan kreatif filmnya, tidak ada. Filmnya adalah kerjasama The Little Giantz, kreator IP Nussa dan studio animasinya, dengan Visinema. Sepertinya beliau (Felix Siauw) terlibat di versi serial sebagai konsultan, sepanjang yang saya tahu,\” tulis Angga.
Ketika trailer film Nussa dirilis, Angga memakai tagar Nussa Untuk Semua. Dia hendak menunjukkan konten film Nussa dibuat untuk semua kalangan dan kelompok mana pun.
\”Bangga sekali jadi bagian dari pekerjaan besar ini. Film animasi yg dikerjakan selama 2 tahun oleh ratusan animator, storyteller, produser, engineer dll. Usaha kami membawa animasi Indonesia ke level berbeda. Indonesia bisa. #NussaUntukSemua,\” katanya.
Pernyataan Angga juga dikuatkan oleh Irfan Ramli dan Ryan Adriandhy yang turut berada di belakang layar film Nussa. Irfan Ramli dikenal sebagai penulis skenario Cahaya dari Timur: Beta Maluku hingga Love for Sale. Dia juga belum lama menjalani debut sebagai sutradara di film Melankolia.
Sementara Ryan Adriandhy yang dulu dikenal sebagai komika, sekarang lebih banyak bergelut di dunia animasi. Mereka menjamin jika film Nussa berupaya melintasi sekat tanpa mengkotak-kotakkan kelompok tertentu.
\”Nanti nonton ya. Ada nama saya sebagai pengembang cerita. Cerita film ini dibuat untuk semua orang yang mencintai kehidupan dan memori menjadi anak-anak,\” kata Irfan Ramli.
\”Saya tidak terlibat serial YouTube-nya. Tapi film layar lebarnya, saya co-producer. Saya tahu persis film seperti apa yang saya produseri 2 tahun terakhir. Dari skrip sampai mixing suara, saya hadir di ruangan. If you trust me, silakan nonton kalau percaya sama cara saya berkarya,\” kata Ryan Adriandhy.
Sebelum membuat film animasi Nussa, Angga Dwimas Sasongko bersama rumah produksinya, Visinema Pictures memproduksi sejumlah film dengan beragam tema. Mulai dari Cahaya dari Timur: Beta Maluku, Filosofi Kopi, Surat dari Praha, Keluarga Cemara hingga Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini. Dengan rentetan sejarah produksi itu, Angga menjamin film karya-karyanya tidak pernah ada yang mengusung misi eksklusivitas sebagaimana dituduhkan Denny Siregar.
\”Bahwa Felix Siauw mungkin berteman dengan beberapa kawan yang ikut membuat Nussa, bukan berarti Felix Siauw mengintervensi pekerjaan kami. Visinema sudah 12 tahun bikin film. Saya enggak butuh pembelaan lebih jauh. Film-film kami secara historis memberikan gambaran visi dan independensi kami,\” kicau Angga di cuitan lainnya.
Khusus untuk pakaian Nussa yang dianggap identik dengan kelompok tertentu, Angga menjawabnya lewat sebuah utas.
\”Alm. Arswendo bikin Keluarga Cemara yang awal ceritanya berlatar keluarga Katolik. Karakter Ayah dipanggil \”Abah\”. Filosofi Kopi bercerita tentang barista. Bukan berarti ceritanya cuma disajikan hanya untuk penikmat kopi. Ada kisah tentang Ayah – Anak. Ada kisah tentang memaafkan.\”\”Saya percaya sebuah cerita punya dimensi universalitas dengan caranya masing-masing. Kita bisa bingung sama teori fisika di Interstellar. Tapi banyak dari kita punya cerita tentang harga menepati janji. Kalau pakaian dan panggilan dijadikan ukuran segmentasi, mungkin kita memang beda perspektif.\”
\”Saya menonton \”Mencari Hilal\” karya Ismail Basbeth dan @salmanaristo. Cerita berlatar islami. Walaupun saya Kristen, tapi sebagai manusia saya terkoneksi penuh dengan perjalanan dan dinamika dua karakternya. Salah satu film terbaik Indonesia.\”
\”Saya menonton \”Eliana, Eliana\” karya Riri Riza. Cerita berlatar Jakarta dan orang Minang. Walaupun saya Jawa – Manado, tapi sebagai manusia saya terkoneksi dengan konfliknya. Membuat saya ingin menjadi sutradara setelah menonton film itu.\”
\”Saya menonton \”Kucumbu Tubuh Indahku\” karya Garin Nugroho. Sebagai seorang straight, saya sebagai manusia terkoneksi penuh dengan kisah perjuangan pencarian identitas karakternya. Membuat saya lebih kaya secara empati setelah menontonnya.\”
Nussa merupakan film animasi pertama Visinema Pictures. Sebelum diadaptasi ke layar lebar oleh Visinema Pictures, serial Nussa hadir di Youtube sejak 2018. Proyek film Nussa disutradarai oleh Bony Wirasmono, animasi film ini dikerjakan oleh The Little Giantz Animation Studio yang beberapa kali terlibat dalam proyek film internasional.
Meski menuai pro kontra, Angga merasa lega karena banyak juga orang yang fokus pada kualitas animasi film Nussa. Sutradara 36 tahun mengaku selalu terbuka dengan kritik dan masukan terhadap karya-karyanya.
\”Tapi saya menghargai bila maksud ini adalah mengingatkan. Hanya saja menuduh dan mengkaitkan Nussa dengan satu kelompok sangat menyesatkan. Nussa dikerjakan banyak orang; dari berbagai suku dan ras, dan dari berbagai pemeluk agama. #NussaUntukSemua deh pokoknya,\” katanya.
Film Nussa bercerita tentang Nussa si juara bertahan kompetisi sains di sekolahnya harus menghadapi kehadiran Joni, murid baru yang tidak kalah hebatnya Nussa. Film Nussa masih menghadirkan Muzakki Ramdhan dan Aysha Razaana Ocean Fajar sebagai pengisi suara Nussa dan Rara.
Film Nussa belum mengumumkan jadwal resmi penayangan mereka di bioskop.
Dilansir dari: medcom.id