Setelah Glenn Fredly meninggal dunia, band The Bakuucakar sempat dilanda kebimbangan. Sebagai band yang biasa mengiringi penampilan Glenn, mereka dihadapkan pada dua pilihan: bubar atau melanjutkan perjalanan. Mereka akhirnya memilih pilihan kedua.
The Bakuucakar memutuskan untuk membuat lembaran baru sebagai sebuah band sejak 2021. Tak lagi sebagai band pengiring, tapi grup musik yang juga punya karya.
Di bawah payung label Musik Bagus Indonesia dan manajemen Bumi Entertainment, mereka merilis dua single berjudul \”Bakuucakar\” dan \”Love\”. Tak cukup sampai di situ. The Bakuucakar kemudian merilis sebuah album yang diberi judul Reformula.
Band yang beranggotakan Andre Dinuth (gitar), Bonar Abraham (bass), Harry Anggoman (keyboard), Kenna Lango (hammond), Nicky Manuputty (saksofon), Rayendra Sunito (drum), dan Rifka Rachman (vokal utama dan sequencer) itu menganggap keputusan untuk melanjutkan perjalanan di dunia musik tak lepas dari wasiat Glenn semasa hidup.
\”Opsi untuk selesai (bubar) memang sempat ada. Tapi kami tidak memilih itu. Kami bisa saja bubar, tapi kan tidak mau. Karena kami masih ingin bermain musik bareng Glenn pasti sedih kalau kami berhenti,\” kata Rayen.
\”Glenn selalu ngomong sama kami, ayo bikin sesuatu. Pas dia sudah tida ada, kami baru mengerti kalau kami harus tetap berkarya, dan berdiri sendiri,\” ucap Rifka.
The Bakuucakar menghadirkan sembilan lagu dalam album Reformula. Salah satu lagu berjudul \”Merindu\” liriknya banyak diambil dari lagu-lagu milik Glenn Fredly.
The Bakuucakar menampilkan musik yang beragam seperti musik pop, fusion, jazz, rap dan funk yang energik. Lagu-lagu dalam album Reformula di antaranya, \”Bakuucakar\”, \”Merindu\”, \”Love\”, \”Generasi\”, \”Free Your Mind\”, \”Chiyembekezo\”, \”Memori\”, \”A Tear, dan \”Jalan-jalan\”.
\”Sampai saat ini juga kami masih belajar berjalan tanpa Glenn. Dengan formasi ini, kami jadi seperti band baru lagi. Jadi kami memformulasikan ulang apa yang ada dalam diri kami. Itu sangat sulit,\” kata Rayen.