Setelah kiprahnya di awal 2000-an meninggalkan kesan istimewa di hati banyak orang (termasuk saya), Sugarstar tidak pernah mewariskan secara resmi album penuh untuk bisa dinikmati. Hanya beberapa jejak-jejak digital, cerita tongkrongan, sedikit foto-foto dan memori Shoegaze lokal yang misterius. Beberapa pegiat musik Indonesia berhasil menyimpan data-data lagunya dalam format MP3, berceceran di jagat digital. Nama Sugarstar tidak jarang mampir di tengah-tengah bahasan soal dinamika musik awal 2000-an, dengan mudahnya mereka sukses masuk kategori “Band Mitos”.
Hampir dua dekade semenjak Sugarstar terbentuk, tanpa ada aba-aba mereka merilis lagi tiga lagu (plus satu hidden track berjudul Words of Farewell) di bawah EP yang bertajuk Tellabye, via kanal streaming Joox dan Youtube. Kabar ini membuat saya sigap bernostalgia, juga penasaran: kenapa sekarang? Dari tiga track yang dirilis di EP ini, \”Delirious\” adalah satu-satunya lagu yang sudah pernah dirilis sebelumnya di tahun 2017. Sisanya, merupakan relik-relik yang tersisa dari materi MP3 Sugarstar awal yang direstorasi dan didandani kembali. Setelah merampungkan sekitar 60 lagu (!!!) kejadian malang menimpa mereka – di tahun 2005 harddisk tempat mereka menyimpan materi lagu-lagu tersebut rusak tak tertolong.
Bagi Sulung dan Iyub – dua sahabat yang dekat sejak masa sekolah – bagian besar dari sukacita mendalami Sugarstar di awal masa terbentuknya adalah seputar petualangan berburu sound yang ideal. Referensi yang terbatas dan teknologi yang belum secanggih hari ini, malah memberikan bahan bakar dan aspirasi bagi mereka untuk menemukan racikan suara yang berbanding lurus dengan ekspektasi mereka. “Di masa itu gue dan Iyub sampai rekaman live dan mixer-nya kita modulasi secara real time untuk dapetin panning effect yang organik,” jelas Sulung.
“Sulung pulang dari Amerika bawa guitar effect banyak banget, sebagian besar eksperimen ngulik kita di masa itu datang dari efek-efeknya dia. Kita baca-baca majalah dan nyari terus sampai ketemu sound yang ideal,” Iyub menambahkan.
Jika kamu sudah mengenal Sugarstar sebelumnya, sudah bukan rahasia bahwa fascination mereka terhadap My Bloody Valentine – khususnya album Loveless – menjadi pemicu utama inspirasi musik Sugarstar. “Ada masanya gue sampai pakai 10 efek pedal supaya dapet sound kayak mereka, pas lihat interview Kevin Shields, ternyata dia cuma pakai efek vokal Yamaha SPX90, terus dipakein preset reverse reverb terus langsung jadi,” sambungnya sambil tergelak.
“Saking kita infatuated sama Loveless, gue bahkan sering bercanda ke anak-anak, nanti pas gue
mati kubur gue sama vinyl Loveless aja sekalian hahaha,” tambah Sulung.
Cerita Sugarstar yang agak DIY dan berbeda datang dari Merdi. “Cerita Merdi unik banget, karena di momen itu sebenarnya dia tidak bisa baca tangga nada, hanya mengerti posisi suara dari fret bass yang ada, jadi pada saat itu Merdi semacam membentuk sistem main musik ala dia sendiri untuk bisa perform sama Sugarstar. Menurut gue itu langkah yang brilian banget,” jelas Sulung.
“Dulu pernah ada event di Kemang, Sugarstar manggung, lampunya dimatiin dan gelap gitu. Karena gue kalau main bass harus lihat fret, gue sempet lumayan panik tuh karena takut gak bisa main,” ujar Merdi sambil mengingat-ingat. Merdi lalu lanjut menjelaskan lanskap skena lokal di era Sugarstar awal aktif. “Kita ada di tengah-tengah invasi band-band genre lain yang main juga di event yang sama seperti Killed By Butterfly, Seringai, Straight Answers. Sebenarnya saat itu band lain yang mungkin ada di koridor yang sama kayak Sugarstar ada The Milo.” Selain itu, mereka juga sempat masuk ke sirkuit pensi, kompilasi zine lokal dan beberapa gig Ibukota lainnya.
Mendengarkan EP ini membangkitkan banyak memori. Dari sekitar 60 lagu ambisius yang sempat ditulis disiapkan oleh mereka di tahun 2005, bisa mendengarkan 3 lagu dan 1 hidden track yang terkemas dengan rapi dan apik membuat rasa rindu dan penasaran saya terganjar dengan baik. Menurut Iyub, walaupun di kiri kanan banyak sekali orang-orang yang mengharapkan mereka bisa kembali tampil sebagai band, band Sugarstar secara konkrit sebenarnya sudah tidak ada. “Bisa jadi rilisan ini kita pandang sebagai upaya untuk close the loop lah ya, atau menutup cerita Sugarstar dari beberapa bagian yang terpisah-pisah selama hampir 20 tahun terakhir,” jelasnya.
Dilansir dari: medcom.id