Jakarta: Media sosial menjadi salah satu pengalihan yang cukup menghibur di tengah kebosanan selama pandemi covid-19 ini. Berinteraksi dengan orang lain dapat meningkatkan perasaan bahagia. Akan tetapi menggunakan media sosial terlalu berlebihan juga dapat menyebabkan beberapa masalah untuk kesehatan mental dan mood.
Menurut Dr Clifford Segil, D.O., seorang ahli saraf di Providence Saint John Health Center, pada saat-saat seperti ini waktu yang dihabiskan seseorang di media sosial meningkat drastis. Menurut laporan dari Bloomberg pada Maret, baik Twitter dan Facebook mengalami peningkatan pengguna sejak pandemi dimulai.
Segil mengatakan bahwa menggunakan media sosial dapat menstimulasi area pemrosesan visual di otak, seiring dengan otak yang menerjemahkan informasi yang masuk dan jalur pendengaran akan aktif ketika mendengarkan suara atau lagu.
“Ketika sedang menggunakan media sosial, dapat mengaktifkan area otak yang sama yang digunakan ketika kamu memfokuskan perhatian pada aktivitas kognitif seperti membaca atau bermain video games. Kamu bisa terpaku pada media sosial berjam-jam karena hal tersebut,” ujar Segil.
Sementara itu, Dr Sanam Hafeez Psy.D., seorang ahli saraf membeberkan efek menggunakan media sosial berlama-lama. Yaitu dapat memengaruhi regulasi emosi di otak. Banyak orang menderita kesedihan, kecemasan, kesedihan, frustrasi, dan kebosanan selama upaya karantina atau jarak sosial mereka.
Ketika kamu sedang menggunakan media sosial dan merasa lebih baik, terutama jika berinteraksi dengan seseorang yang kamu kenal, maka otak kamu mungkin sedang bereaksi dengan meningkatkan mood melalui neurotransmitter. Perasaan senang ini dikarenakan adanya pelepasan dopamine dan serotonin pada tubuhmu.
Akan tetapi, menggunakan media sosial juga bisa menimbulkan dampak negatif. Segil mengatakan bahwa media sosial cenderung merangsang sistem limbik, yang berhubungan dengan respons emosional, baik atau buruk.
“Media sosial mungkin akan memengaruhi emosimu karena kamu tidak bertemu dengan orang secara langsung. Stres yang memengaruhi sistem limbik biasanya akan berlangsung dalam jangka panjang. Jika kamu lebih mudah bertengkar dengan orang lain atau lebih mudah marah dibandingkan biasanya, ini kemungkinan karena efek media sosial pada sistem limbik tersebut,” tutup Dr Hafeez.
Dilansir dari: medcom.id