Lomba Sihir membagikan ceritanya bagaimana cara mereka menarik garis merah musiknya walaupun dengan latar belakang yang berbeda-beda. Keenam anggota dari grup yang berdiri sejak 2019 tersebut memiliki karier tersendiri di belakangnya.
Enrico Octaviano mengatakan bahwa garis merah yang dimiliki berada dalam semua anggota. Cerita yang dimiliki berasal dari orang-orang yang berada di dalam Lomba Sihir, yaitu Baskara Putra, Natasha Udu, Tristan Juliano, Rayhan Noor, Enrico Octaviano, dan Wisnu Ikhsantama. Entah dari diri sendiri, teman-teman, atau lingkungan sekitar para anggota.
“Garis merahnya tuh kita berenam ada di sini, ya orang-orang yang ada di sini. Ceritanya tuh dari kita-kita doang, atau dari teman-temannya berenam, dari lingkungan kita berenam,” kata drummer Lomba Sihir, Enrico Octaviano dalam wawancara virtual dengan Medcom.
Selain itu, mereka juga punya cara kerja tersendiri, yakni dengan memakai Person-in-Charge (PIC) dalam setiap lagu. Sehingga masing-masing lagu akan memiliki PIC yang berbeda-beda.
Ia mengatakan bahwa kerja bersama dalam waktu yang lama bisa menggali kelebihan masing-masing. Misalnya, saat grupnya memakai teknik PIC, di mana itu bisa mengetahui kelebihan masing-masing dari anggota.
“Kalau ditarik garisnya lagi sebenernya kita punya projek menarik, untuk setiap lagu PIC-nya beda-beda,” ujarnya.
Walaupun memiliki PIC dalam setiap lagu, namun diskusi tetap dilakukan secara bersama-sama.
“Misalnya dalam satu lagu, yang setuju pertama itu gua sama Tristan, terus lirik dikerjain sama Rayhan, Udu, dan Baskara. Habis itu dirangkum ke Tama untuk proses mixing dan mastering,” jelas Enrico.
Namun, tetap saja ada benturan-benturan ego dalam proses pembuatan musik. Enrico mengaku di Lomba Sihir sendiri ada banyak banget benturan yang pernah terjadi.
“Karena di Lomba Sihir itu alfa kan, semuanya alfa, cara ngomong, cara ngasih ide. Alfa dalam keseharian bermusik. Idenya tuh banyak, kalau ngomongin album itu terbatas waktunya, kek gak menyanggupi,” ujar Enrico.
Kemudian, setelah melewati prosesnya, ketika album sudah jadi baru ada ide-ide baru yang muncul yang seharusnya bisa dimasukkan ke dalam album tersebut.
“Setelah albumnya jadi, aduh lagu ini tuh bisa diginiin ya. Seiring kita jalan, mau gak mau, ya yaudah saat itu gak bisa nangkap di saat kita ngerjain, ya sudah kita kompromi kalau mau benerin ditaruh di next aja,” lanjutnya.
Menurut Enrico, ada benturan itu baik jika semua pihak ingin menuju tujuan yang sama. Sebaliknya, apabila tidak ada benturan artinya ada yang salah.
Dilansir : medcom.id