Ditemukannya kasus Covid-19 varian Delta di Kudus, Jawa Tengah, menjadi peringatan serius bagi semua pihak akan bahayanya virus mutasi yang pertama kali ditemukan di India tersebut.
Mengutip dari New York Times, para dokter di China menyebut gejala varian Delta tersebut berbeda dan lebih berbahaya daripada varian Alpha atau versi asli virus corona.
Para dokter juga menyebut, varian yang dilaporkan telah menyebar di 74 negara termasuk Indonesia ini lebih membuat pasien menderita. Mereka juga menemukan bahwa pasien yang terinfeksi varian Delta menjadi lebih sakit dan kondisinya memburuk dengan lebih cepat.
Selain itu, para ilmuwan dari India juga menyebut, varian Delta 50 persen lebih menular daripada varian Alpha. Karena itulah para ilmuwan percaya, Delta akan menjadi varian yang dominan secara global.
Di Indonesia, varian yang disebutkan dapat meningkatkan perawatan rumah sakit hingga dua kali lipat ini diduga mulai menyebar dan terdeteksi di berbagai wilayah tak hanya di Kota Kudus.
Gejala terinfeksi varian Delta
Dikutip dari NBC Miami, Kamis (10/6/2021), gejala dari infeksi virus corona varian Delta pada dasarnya mirip dengan geala yang ditimbulkan oleh infeksi virus asalnya.
Hanya saja pada infeksi varian Delta, gejala-gejala tersebut akan terjadi dengan lebih parah dan dinilai lebih sulit ditangani melalui penanganan medis.
Profesor kedokteran darurat dan kesehatan internasional di Johns Hopkins University, Dr. Bhakti menyebutkan, gejala varian virus Delta sebagai berikut.
- Sakit perut
- Hilang selera makan
- Muntah
- Mual
- Nyeri sendi
- Gagguan pendengaran.
Umumnya, pasien yang terinfeksi virus ini juga membutuhkan perawatan medis di rumah sakit, bahkan memerlukan bantuan oksigen dan menderita komplikasi lainnya.
Meski demikian, Lebih lanjut, seorang dokter penyakit menular di Apollo Hospital India, Abdul Ghafur mengatakan, masih dibutuhkan lebih banyak penelitian klinis untuk memastikan hal ini.
Mirip sakit flu
Dilansir The Guardian, Senin (14/6/2021), data studi gejala dari aplikasi Zoe Covid yang dipimpin oleh profesor epidemiologi genetika di King’s College London, Tim Spector, menyebut gejala yang timbul akibat infeksi virus varian Delta terasa seperti flu yang parah.
“Covid-19 sekarang berbeda, dia lebih menyerupai flu yang parah. Orang-orang mungkin berpikir hanya mengalami flu musiman dan mereka tetap pergi ke pesta, kami pikir ini masalah,” kata Tim.
Sejak awal Mei 2021, Tim membeberkan data aplikasi gejala yang paling banyak dilaporkan penderita Covid-19 saat ini berbeda dari gejala yang banyak dikeluhkan para penderita sebelum-sebelumnya.
Gejala-gejala yang kini paling banyak ditemui dan dilaporkan adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam.
Padahal, gejala Covid-19 yang diakibatkan virus corona pada umumnya di antaranya demam, batuk, dan anosmia atau kehilangan kemampuan membau dan indra perasa.
Namiun, pada temuan terakhir, batuk ada di urutan kelima dan anosmia tidak ada di dalam 10 besar gejala yang banyak dilaporkan.
Dilansir dari : pramborfm.com