Hari Raya Idul Adha biasa dilakukan dengan menyembelih hewan ternak seperti kambing, sapi, dan domba.
Bukan cuma itu saja Sobat Sai. Di berbagai daerah Indonesia, merayakan Idul Adha dengan cara yang unik-unik loh!
1. Tradisi Apitan, Semarang
Tradisi Idul Adha yang pertama adalah Apitan di Semarang. Tradisi Apitan ini merupakan bentuk rasa syukur atas rezeki berupa hasil bumi yang diberikan oleh Yang Maha Esa.
Di Semarang, tradisi ini biasa diisi dengan pembacaan doa yang dilanjutkan dengan arak-arakan hasil tani dan ternak. Nantinya, hasil tani yang diarak ini akan diambil secara berebutan oleh masyarakat setempat.
Tradisi ini dipercaya menjadi kebiasaan para Wali Songo dulu sebagai bentuk ungkapan rasa syukur di perayaan Idul Adha. Menurut Portal Resmi Pemerintah Kota Semarang, tradisi Apitan juga diramaikan dengan hiburan khas kearifan lokal yaitu pertunjukan wayang.
2. Tradisi Manten Sapi, Pasuruan
Tradisi Manten Sapi adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Pasuruan. Tradisi ini adalah bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada hewan kurban yang akan disembelih.
Daya tarik dari tradisi ini adalah sapi yang hendak dikurbankan akan didandani atau di-makeup secantik mungkin bak pengantin. Hewan tersebut juga dikalungkan bunga tujuh rupa, lalu dibalut dengan serban, sajadah, dan kain kafan sebagai tanda kecsucian orang yang berkurban.
Setelah didandani, semua sapi akan diarak menuju masjid setempat untuk diserahkan kepada panitia kurban. Setelah disembelih, sapi akan diolah dan disantap bersama-sama.
3. Tradisi Grebeg Gunungan, Yogyakarta
Tradisi Grebeg Gunungan yang dirayakan oleh masyarakat Yogyakarta yang hampir mirip dengan tradisi Apitan dari Semarang. Warga muslim Yogyakarta akan mengarak hasil bumi dari halaman Keraton sampai Masjid Gede Kauman.
Secara spesifik, arak-arakan hasil bumi ini berjumlah 3 buah gunungan yang tersusun dari rangkaian sayur-mayur dan buah. Tidak hanya Idul Adha, tradisi ini dilaksanakan setiap hari besar agama Islam.
Grebeg Syawal dilaksanakan saat Idul Fitri, sedangkan tradisi Grebeg Gunungan dilaksanakan pada perayaan Idul Adha. Masyarakat setempat percaya, apabila berhasil mengambil hasil bumi yang disusun dalam bentuk gunungan, bisa mendatangkan rezeki.
4. Tradisi Gamelan Sekaten, Cirebon
Tradisi Gamelan Sekaten dipercaya merupakan dakwah dari Sunan Gunung Jati sebagai penyebar agama Islam di tanah Cirebon. Tradisi ini disebut tradisi Gamelan Sekaten yang selalu dibunyikan setiap perayaan hari besar agama Islam yaitu, Idul Fitri dan Idul Adha.
Alunan Gamelan yang berada di sekitar area Keraton Kasepuhan Cirebon menjadi penanda perayaan hari kemenangan di Cirebon. Rangkaian Gamelan dibunyikan sesaat setelah sultan Keraton Kasepuhan keluar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Dilansir dari: detik.com