Review ‘Ms. Marvel’: Kisah Superhero Perempuan Muslim Pertama di Marvel yang Kurang Wow!

Ms. Marvel’ mengangkat kehidupan keluarga muslim Pakistan yang tinggal di Amerika. Namun mereka hidup dalam satu daerah sehingga perayaan-perayaan seperti Hari Raya Idul Fitri pun ditampilkan begitu ramai.

Seperti film Bollywood yang menampilkan tradisi menari beramai-ramai, Marvel juga menghadirkannya dalam serial ini.

Berbeda dengan serial maupun film Marvel sebelumnya, ‘Ms. Marvel’ lebih banyak menyoroti kehidupan keluarga atau sejarah keluarga dari Kemala, seorang perempuan muslim dengan garis keturunan dengan kekuatan super.

Bagaimana drama keluarga yang diangkat seperti menjadi topik utama dalam serial ini tidak seperti di film atau serial superhero lainnya yang tidak begitu menyoroti kehidupan keluarga pahlawan supernya lebih dalam.

Bahkan dalam serial ini juga menampilkan dimensi dunia lain, dalam film Doctor Strange disebut ‘Multiuniverse’. Dimana dimensi lain tersebut ditempati oleh Noor/Djin dalam serial ‘Ms. Marvel’. Kemudian diketahui bahwa nenek moyang Kemala merupakan bangsa dari Djin. Dari situlah kekuatannya berasal.

Apabila di film lainnya kekuatan para superhero diceritakan dengan keren dan berasal dari planet yang juga diberi nama yang terdengar sangat keren, berbeda di serial ‘Ms. Marvel’ ini Marvel mengangkat Djin sebagai sumber kekuatannya.

Djin merupakan makhluk jahat yang biasanya mengganggu manusia.

Marvel sendiri terkesan seperti menganaktirikan serial satu ini. Karena serial ini enggak terlalu banyak menyoroti aksi Kemala yang menyelamatkan bumi atau manusia lain dari serangan penjahat seperti di serial-serial lainnya.

Hal tersebut membuat ‘Ms. Marvel’ terkesan membosankan karena terlalu berfokus dengan sejarah kekuatan bukan pada penggunaan kekuatan untuk kebaikan. Walaupun ada adegan aksi antara superhero dan penjahat namun ‘Ms. Marvel’ masih jauh dari kata film superhero Marvel lainnya.

Marvel sendiri terkesan seperti menganaktirikan serial satu ini. Karena serial ini enggak terlalu banyak menyoroti aksi Kemala yang menyelamatkan bumi atau manusia lain dari serangan penjahat seperti di serial-serial lainnya.

Hal tersebut membuat ‘Ms. Marvel’ terkesan membosankan karena terlalu berfokus dengan sejarah kekuatan bukan pada penggunaan kekuatan untuk kebaikan. Walaupun ada adegan aksi antara superhero dan penjahat namun ‘Ms. Marvel’ masih jauh dari kata film superhero Marvel lainnya.

Marvel sendiri terkesan seperti menganaktirikan serial satu ini. Karena serial ini enggak terlalu banyak menyoroti aksi Kemala yang menyelamatkan bumi atau manusia lain dari serangan penjahat seperti di serial-serial lainnya.

Hal tersebut membuat ‘Ms. Marvel’ terkesan membosankan karena terlalu berfokus dengan sejarah kekuatan bukan pada penggunaan kekuatan untuk kebaikan. Walaupun ada adegan aksi antara superhero dan penjahat namun ‘Ms. Marvel’ masih jauh dari kata film superhero Marvel lainnya.

Jika di film superhero sebelumnya Marvel mampu menampilkan efek CGI yang sangat apik namun di serial ini efek tersebut benar-benar biasa. Enggak ada adegan yang memerlukan efek CGI yang begitu apik seperti di superhero lainnya.

Penggambaran kekuatan yang dimiliki Kemala juga terkesan enggak begitu ditonjolkan seakan kekuatan tersebut bukanlah suatu kelebihan yang ‘wow’.

Apabila pada Kapten Marvel bisa dilihat bagaimana kekuatan supernya dapat mengangkat planet, melumpuhkan Thanos, dan lain sebagainya, dalam serial ‘Ms. Marvel’ ini hal-hal seperti itu tidak ditampilkan. Bahkan aksi bertarung antara superhero dan penjahat ditampilkan sangat minim.

Ms. Marvel’ benar-benar bentuk baru dari karakter Marvel pada umumnya. Bahkan superhero Marvel lainnya yang tidak memiliki kekuatan ‘ajaib’ hanya memiliki kekuatan ‘fisik’ sangat ditonjolkan dan disorot tiap aksinya, sedangkan di sini problema keluarga lah yang lebih disorot.

Lalu saat Kemala terlempar ke dimensi masa lalu, ditampilkan bagaimana keadaan masyarakat pada masa penjajahan Inggris saat itu. Ini merupakan hal baru yang diangkat Marvel yaitu kehidupan masyarakat kelas bawah korban penjajahan.

Dilansir dari IndoZone