dibuka dengan pesta di kediaman Mohamedou Ould Slahi (Tahar Rahim) yang meriah dengan kostum, nyanyian, dan tarian dalam perkemahan. Malam itu, ia didatangi beberapa petugas yang memintanya meninggalkan rumah saat itu juga.
Slahi menghapus semua kontak dalam ponsel lalu pamit pada ibunda (Baya Belal). Setelahnya, ia “lenyap.” Siapa sangka, Slahi berada di penjara Guantanamo tanpa tuntutan di muka hakim apalagi diberi kesempatan membela diri.
Seorang pengacara, Nancy Hollander (Jodie Foster) yang tertarik mendalami kasus ini mengajak juniornya, Teri Duncan (Shailene Woodley) melacak apa yang membuat Slahi berakhir di penjara paling mengerikan itu.
Slahi “divonis” setelah ketahuan menerima kontak via satelit Al-Qaeda. Ia dituding sebagai salah satu perekrut anggota organisasi ini dan jadi dalang di balik serangan 9 September yang menewaskan 3.000-an orang. Berikut review film The Mauritanian.
AS berencana mengeksekusi Slahi dengan merekrut Letnan Kolonel Stuart Couch (Benedict Cumberbatch) sebagai Jaksa Penuntut. Ndilalah, salah satu temannya jadi di pilot di pesawat nahas yang menabrak Menara Selatan WTC.
Penyelidikan seputar Slahi mengarah pada pengakuan pria Mauritania ini sebagai otak teror. Namun, Nancy tak percaya begitu saja. Dalam kesaksian tertulisnya, terkuak Slahi terpaksa mengaku agar ibunya tak ditangkap dan dijebloskan ke penjara Guantanamo.
Mengetahui fakta ini, Stuart ketar-ketir. Ia berada di persimpangan jalan antara menjalankan tugas negara atau mendengar bisikan nurani yang menyuarakan kemanusiaan tanpa memandang agama.
Didasari kisah nyata yang telah dibukukan dan beredar di banyak negara, The Mauritanian bertumpu pada naskah serupa desain baju dengan detail elok lalu dijahit oleh sineas Kevin Macdonald dalam ketelitian tingkat tinggi.
Konsekuensinya, dibutuhkan waktu ekstra untuk menyelesaikan cerita ini agar terasa lengkap, tidak memihak, sekaligus komprehensif. Waktu ekstra yang dimaksud adalah 129 menit. Bebas dari kesan bertele-tele.
The Mauritanian menguliti konspirasi politik atas nama sakit hati akibat tragedi 9/11 namun tampaknya salah alamat. Maka kita disuguhi penangkapan yang “kalem,” proses investigasi dan interogasi dengan beragam metode yang bikin hati ngilu.
Dilansir dari : Liputan6.com