Film pendek ini mencoba membuat narasi tandingan dari motto eksplorasi awal imperialis yakni, 3G (Gold-Gospel-Glory) dengan 3C (Colonialism-Capitalism-Climate Crisis).
\”Ini hanyalah pembacaan mentah yang mungkin saja hanya berbasis cocoklogi, namun kami juga mengamati jejak dari pola-pola kehidupan dan peradaban yang dibangun sejak masa penjajahan dan modern hingga kontemporer. Tidak ada yang benar-benar menjadi masalah di kota ini, semuanya terlihat–dan memang baik-baik saja,\” jelasnya.
Cut and Rescue adalah sebuah artis kolektif berbasis di Jakarta yang berdiri sejak 2011. Hampir semua medium dijelajahi oleh Cut and Rescue, mulai dari ilustrasi, komik, zine, performance art, seni video, seni suara, intalasi object, screenprinting, record label, mengorganisir party atau event. Saat ini Cut and Rescue beranggotakan: Angga Cipta, Bronzelani, Gelar Soemantri, Reno Ganesha, Syaiful Ardianto dan Tesar Resandy.
\”Penggalan lirik \’Bukan lautan hanya kolam susu\’ sangat menggambarkan kekayaan alam Indonesia sedangkan \’Tiada badai tiada topan kau temui\’ cukup menggambarkan sisi strategis kepulauan Indonesia. Penggambaran lagu Koes Plus ini membawa kami untuk melihat lagi bagaimana kekayaan alam tersebut dipergunakan, dari era penjajahan hingga setelah kemerdekaan,\” paparnya.
Film All Is Well: Bukan Lautan Hanya Kolam Susu sendiri bagian dari pameran seni rupa bertema Metaphor About Islands. Pameran ini menampilkan 22 instalasi seni di Museum Nasional, Jakarta.
Sebanyak 20 seniman dan kolektif seni berasal dari Thailand, Vietnam, Malaysia, Kamboja, Nepal, India, Bangladesh, dan Taiwan. Mereka dipasangkan dengan 22 kolektif seni lokal yang antara lain berasal dari Sukabumi, Surabaya, Yogyakarta, Makassar, Maumere, Nganjuk, Jakarta, dan Palu.
Presentasi Ring Project #1: Metaphors About Island adalah proyek seni kolaborasi yang dirintis dan diko-kuratori oleh Gudskul (Jakarta) dan Sandy Lo (Taipei), serta didukung oleh Taiwan National Culture and Arts Foundation. Proyek ini diluncurkan sebagai bagian dari penyelenggaraan Jakarta Biennale yang masih berlangsung hingga 21 Januari 2022.