Korea Selatan kembali sukses menarik perhatian pasar global lewat tayangan zombi terbarunya, All of Us Are Dead. Serial tersebut memperpanjang kesuksesan Korea Selatan dalam menyihir penonton usai film Train to Busan serta waralaba Kingdom.
Drama yang dibintangi banyak artis-artis baru itu telah ditonton 124,79 juta jam yang menempatkannya di puncak daftar Top 10 di 29 negara, termasuk Korea Selatan, Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Prancis, Jerman, dan masih banyak lagi.
Kesuksesan All of Us Are Dead merupakan hasil dari berbagai drama serta perjuangan banyak tayangan zombi Korea Selatan di saat penonton lokal dahulu lebih menggemari hantu atau karakter yang kerasukan.
Namun, Train to Busan (2016) mengubah itu semua. Film yang dibintangi Gong Yoo itu meledak, membius belasan juta penonton, dan menjadikan genre zombi bangkit dari kubur. Train to Busan menjadi titik balik film zombi dari Semenanjung Korea.
Seperti diberitakan Korea Herald beberapa waktu lalu, itu menjadi salah satu yang penonton lokal harap bisa saksikan, selain dari film blockbuster Hollywood, seperti World War Z (2013).
Kesuksesan itu kemudian diikuti dengan serial Kingdom (2019) yang memukau penonton lokal dan global, hingga kini dilanjutkan oleh All of Us Are Dead. Kisah zombi sejatinya bukan sesuatu yang baru dalam perfilman atau serial Korea Selatan. Berdasarkan Dewan Perfilman Korea, A Monstrous Corpse (1980) menjadi film zombi Korea yang pertama.
Sayangnya, film itu dianggap gagal karena tidak bisa menarik perhatian banyak penonton. Beberapa hal dinilai sebagai faktor kegagalan, salah satunya adalah tak adanya keterhubungan antara zombi dengan kisah tradisional Korea.
Kondisi tersebut membuat para kreator berusaha memadukan zombi dengan unsur-unsur lokal, seperti sutradara Kim Jee-won mengangkat kisah virus mendadak muncul dari sisa makanan yang berujung kemunculan zombi dalam saga Doomsday Book.
Kemudian, wabah yang dikombinasikan dengan genre komedi dalam The Neighbor Zombie. Namun, formula-formula tersebut belum berhasil mendatangkan banyak penonton.
Situasi tersebut membuat sutradara Yeon Sang-ho dan pihak studio memutuskan untuk menutupi identitas Train to Busan pada 2016 dan tidak menyebut zombi sama sekali ketika mempromosikan film tersebut.
Film tersebut kemudian mencetak sejarah baru baik dalam unsur zombi bahkan industri perfilman Korea Selatan keseluruhan. Train to Busan menjual lebih dari 11,5 juta tiket dan membuatnya menjadi film terlaris di Korea Selatan pada 2016.
Train to Busan tertolong berkat mengombinasikan banyak hal, mulai dari taburan bintang yang sudah akrab di mata penonton, kisah cinta ala drama Korea, masalah sosial, hingga filosofi budaya Korea Selatan.
Taburan bintang di Train to Busan terbilang luar biasa, dengan pusat perhatian tertuju pada aktor Gong Yoo yang sebelumnya sudah memikat para pencinta drama Korea sejak Coffee Prince pada 2007. Kemudian ada Ahn So-hee yang sebelumnya dikenal sebagai anggota girlband Wonder Girls.
Ramuan Train to Busan kemudian coba diikuti Rampant yang mengisahkan wabah virus pengubah manusia jadi zombi menyerang Joseon. Bila Train to Busan mengangkat Gong Yoo, Rampant ada Hyun Bin sebagai magnet penonton.
Hasilnya, Rampant berhasil menjual lebih dari 1,5 juta tiket kala dirilis pada Oktober 2018.
Jejak yang serupa juga diikuti serial Kingdom di bawah naungan Netflix. Menggabungkan kisah kerajaan era Joseon dengan zombi \’modern\’, Kingdom lebih sukses dibanding Rampant dan menjadi salah satu serial original terlaris di Netflix.
Hingga kini ramuan zombi serupa juga digunakan All of Us Are Dead yang juga memberikan sudut pandang baru, yakni dari para remaja.
Momentum
Momentum juga menjadi salah satu hal yang membantu popularitas tayangan zombi Korea Selatan beberapa tahun terakhir.
Pada 2016, Train to Busan rilis ketika Korea Selatan baru bangkit usai menghadapi wabah Middle East Respiratory Syndrome alias MERS yang disebabkan oleh virus corona.
Kasus MERS di Korsel tercatat terjadi pada Mei hingga Juli 2015 dan menginfeksi sebanyak 186 kasus dengan korban jiwa sebanyak 36 orang yang tersebar di sejumlah lokasi.
Kondisi serupa juga terjadi ketika film #ALIVE dan Peninsula dirilis. Kedua film dirilis tahun ini, bertepatan dengan kemunculan pandemi Covid-19 akibat virus corona yang menyerang seluruh negara di dunia, termasuk Korea Selatan.
Walau tidak bisa melampaui pendahulunya, Peninsula berhasil membawa lebih dari 2 juta penonton hanya dalam satu pekan di Korea Selatan. Berdasarkan box office Mojo, film tersebut mengumpulkan US$42,6 juta dari box office global.
Berdasarkan Rotten Tomatoes, skor tomatometer Peninsula juga tertinggal dari Train to Busan. Peninsula mendapakan 54 persen. Sedangkan Train to Busan meraih 94 persen.
Momentum serupa juga tak disia-siakan All of Us Are Dead yang rilis ketika dunia sedang menghadapi gelombang baru pandemi Covid-19 karena varian Omicron.
Tak hanya itu, serial tersebut juga dirilis ketika masyarakat global sedang memberikan perhatian khusus kepada tayangan Korea Selatan usai kesuksesan Squid Game pada 2021.
Terlepas dari berbagai faktor, tayangan zombi Korea Selatan kini tak lagi takut menghadapi penonton karena telah menemukan racikan yang tepat, berkat Train to Busan dan berbagai film-film sebelumnya. Zombi Korea Selatan pun kini seolah sudah memiliki basis penggemarnya tersendiri.
Dilansir dari; cnnindonesia.com