Tiap tanggal lima belas bulan delapan kalender bulan, masyarakat Tiongkok merayakan Festival Kue Bulan. Festival yang dalam bahasa Mandarin disebut \”Zhong Qiu Jie” ini merupakan hari libur nasional bagi warga Tiongkok.
Festival ini nggak cuma dilakukan oleh warga Tiongkok saja lo. Warga Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, dan Vietnam juga merayakannya. Festival pertengahan musim gugur ini diketahui telah dirayakan sejak 3000 tahun lalu, tepatnya pada zaman Dinasti Song.
Di beberapa wilayah Tiongkok, kue bulan punya ciri khas yang berbeda-beda. Umumnya kue bulan dibuat dengan pasta biji teratai, dibungkus dengan satu atau dua kuning telur bebek dan ditutup dengan lapis tipis adonan tepung.
Namun di barat daya Provinsi Yunan, warga menyiapkan kue bulan dengan isi bunga dan ham. Di Suzhou, dekat Shanghai, kue punya tekstur renyah dan isi daging. Kue ini bisa dinikmati sepanjang tahun. Sedangkan, kue bulan ala Beijing punya varian isi lebih modern seperti kacang merah.
Kamu sebagai warga Tionghoa yang tinggal di Indonesia juga mungkin merayakan festival ini. Tapi kamu tahu nggak sih cerita di balik perayaan tahunan ini?
Kisah Cinta Sejati
Konon festival ini berasal pada kisah cinta antara seorang dewi yang cantik dan pandai bernama Chang\’e dan suaminya, seorang pemanah bernama Hou Yi. Kisah ini didasarkan pada buku Handbook of Chinese Mythology.
Hou Yi dikisahkan dapat menyelamatkan dunia dengan memanah 9 dari 10 matahari yang terbit di langit. Selama satu tahun, 10 matahari ini begitu menyengsarakan rakyat. Karena jasanya, si pemanah tersebut mendapatkan ramuan keabadian dari Xi Wangmu, ratu keabadian dari barat.
Namun Hou Yi lebih memilih untuk hidup bersama di dunia bersama sang istri, Chang\’e, dan menolak untuk meminum ramuan tersebut. Baginya, buat apa hidup kekal tanpa istri tercinta, Chang\’e. Kemudian ramuan tersebut disimpan oleh sang istri.
Kabar ini sampai ke telinga murid Yi, Feng Meng yang berusaha untuk merebutnya dari Chang’e. Tentu Chang’e menolak permintaan tersebut dan lebih memilih untuk meminum ramuan tersebut yang menyebabkan dirinya naik ke langit.
Karena cintanya yang begitu besar pada sang suami, Chang’e kemudian memilih agar dirinya menjadi bulan. Mengetahui hal ini, Hou Yi kemudian rutin meletakkan buah-buahan di halaman rumah untuk mengenang istrinya tercinta.
Para warga yang bersimpati turut memberikan penghormatan serupa seperti yang dilakukan Hou Yoi tiap tahun, pada hari kelima belas bulan kedelapan, saat bulan bulat penuh dan bersinar terang. Hingga kini, kebiasaan tersebut dikenal dengan tradisi Festival Kue Bulan.
Chang\’e dan Panglima Tian Feng
Kisah Chang\’e dan pemanah ini pernah ditampilkan berbeda dalam serial Kera Sakti yang tayang di stasiun televisi swasta pada era 2000-an. Chang\’e merupakan selir yang mencuri obat abadi agar dirinya bisa terbang ke langit. Ia hendak meminta bantuan kerajaan langit untuk menghukum sang pemanah yang telah menjadi raja zalim.
Panah yang mengejar Chang\’e dipatahkan oleh seorang jenderal langit dan membuat mereka jatuh cinta. Kecantikan Chang\’e juga membuat panglima Tian Feng yang kebetulan ada di sana terpesona sehingga membutakan hatinya. Ia sampai nekat melanggar berbagai hal demi memiliki Chang\’e.
Perbuatannya diketahui dan dijatuhi hukuman mengalami 1000 kisah cinta yang tragis. Ingat kalimatnya yang terkenal, \”Dari dulu memang begitulah cinta. Deritanya tiada akhir\”?
Kini festival ini menjadi momen untuk berkumpulnya keluarga sambil menikmati kue bulan. Namun kue bulan pernah nggak populer hingga masa Dinasti Yuan karena diidentikkan sebagai pembawa pesan rahasia untuk membantu orang Han menggulingkan rezim Mongol.
Perayaan ini juga diisi dengan menghias jalanan, rumah, dan kantor dengan lentera yang terbuat dari kertas, meriah banget. Kalau dibandingkan dengan kisah cinta mereka berdua, mungkin kisah cintamu belum apa-apanya, Sobat Sai!
Dilansir dari: inibaru.id