Sementara di kategori Webtoon, PALLID DREAM karya Ulfia Khairani D berhasil keluar sebagai juara pertama. Diikuti oleh SUNLOVER karya 7Studio sebagai juara kedua, dan MAGANG DI TEMPAT SUPERVILLAINS karya Kyriepoda di tempat ketiga.
\”Proses penjurian kali ini cukup memakan waktu,karena para finalis memiliki karya yang unik-unik dan menarik. Semoga kompetisi seperti ini bisa terus selalu diadakan karena dapat menemukan talenta-talenta baru di dunia kreatif khususnya menulis dan komik,\” ucap kreator Si Juki, Faza Meonk yang menjadi juri webtoon.
Dalam penyelenggaraan kompetisi ini, Kwikku menggandeng 10 profesional di bidangnya untuk menjadi juri, pada kategori novel ada Dee Lestari, A. Fuadi, Agustinus Wibowo, Rintik Sedu, dan Erisca Febriani. Sementara untuk kategori webtoon, Kwikku menggandeng Sweta Kartika, Chris Lie, Olvyanda, Krisanti, dan Faza Meonk.
Selain dua kategori di atas, pada penyelenggaraan kali ini Kwikku menambahkan satu kategori baru, yakni cover design di mana juri yang bertanggung jawab adalah dari tim art design Falcon.
Di kategori Cover Design Juara pertamanya diraih oleh THE ARCHER karya A. Fajrul Islam. Sedangkan Juara kedua dimenangkan HARIMAU! HARIMAU! karya Benie Ahmad, dan LOVE IS JUST A MEMORY karya Amalina Nur Asrari di juara ketiga.
Dee Lestari yang menjadi juri kategori novel menyambut baik ajang seperti ini karena bisa melahirkan bibit-bibit baru penulis. Sebagai penulis yang sudah lama berkiprah, Dee merasakan betul perkembangan teknologi berperan besar terhadap seorang penulis. Banyaknya platform digital membuat para penulis memiliki wadah memamerkan karyanya.
\”Ajang seperti ini bisa jadi bagian ekosistem kreatif kita semakin subur. Sekarang medannya sudah berbeda dengan dulu. Sekarang itu terjadi pencarian dua arah. Kalau dulu hirarkinya lebih ke penulis meminta-meminta atau mengemis ke penerbit atau media agar karyanya diterima. Tapi kalau sekarng sudah egaliter, penerbit berburu ke platform untuk melihat potensi baru,\” kata Dee Lestari.
Tahun ini, kompetisi Kwikku mengumpulkan total 5.000 lebih karya yang masuk sebagai peserta kompetisi. Dengan antusiasme itu, Dee yakin masa depan dunia literasi Indonesia tidak akan kekurangan jumlah penulis ataupun kreator yang berkualitas.
\”Sekarang secara fasilitas, penulis sudah punya etalase yang lebih lengkap. Tinggal berani dan mau menggunakannya. Apalagi sekarang cerita enggak hanya sekadar cerita. IP (Intellectual Property) jadi dicari orang. Persaingan semakin banyak sehingga dituntut bagaimana caranya memasarkan karya mereka sebaik mungkin,\” tutupnya.