Film Fight Club (1999) memiliki akhir cerita berbeda di China, negara dengan aturan sensor paling ketat di dunia. Hal tersebut diketahui ketika sejumlah penonton menyaksikan film tersebut di platform streaming Tencent Video.
Film yang dibintangi Brad Pitt dan Edward Norton tersebut dipoles sedemikian rupa, seperti mengubah pesan anarkis dan anti-kapitalis, hingga ketika tayang secara legal di layanan streaming negara tersebut.
Dalam adegan akhir versi orisinal Fight Club, sang narator (Edward Norton) membunuh alter ego imajinernya, Tyler Durden (Brad Pitt) dan menyaksikan beberapa gedung meledak.
Adegan itu mengindikasikan rencana sang karakter untuk meruntuhkan peradaban modern yang sedang berlangsung.
Namun, Fight Club di China memiliki akhir kisah berbeda. Seperti diberitakan AFP, narator masih tetap diperlihatkan membunuh Durden tetapi adegan gedung-gedung meledak diganti dengan layar hitam bertuliskan kalimat.
Fight Club di China juga menambahkan adegan Tyler dikirim ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan perawatan psikologis dan kemudian dipulangkan.
Keputusan China mengubah akhir Fight Club memicu perdebatan penonton. Banyak dari mereka kemungkinan besar telah melihat versi bajakan sehingga mengetahui akhir dari versi orisinal.
Namun, hingga saat ini masih belum jelas perubahan akhir film tersebut dikarenakan sensor pemerintah memerintahkan akhir alternatif atau produser film itu yang membuat perubahan.
Sementara itu, Hollywood sering memberikan jalan cerita alternatif dengan harapan tidak terhalang sensor dan bisa lancar tayang di China sebagai salah satu pasar film terbesar di dunia.
Pada 2019, beberapa adegan film Bohemian Rhapsody yang merujuk pada seksualitas musisi ikonis Freddie Mercury dihilangkan dalam penayangan di China.
Di bawah Presiden Xi Jinping, pihak berwenang China telah mendorong untuk membersihkan masyarakat dari unsur-unsur yang dianggap tidak sehat, termasuk di dalam film, televisi, permainan komputer.
Mereka juga telah meluncurkan tindakan keras negara bagian terhadap penghindaran pajak dan perilaku tidak bermoral yang dirasakan dalam industri hiburan, pengetatan yang telah menargetkan beberapa selebritas terbesar di negara itu.
Pada Selasa (25/1), Administrasi Cyberspace China juga mengumumkan peluncuran kampanye web \’bersih\’ selama sebulan untuk menciptakan suasana online yang beradab dan sehat selama liburan Tahun Baru Imlek.
Dilansir dari: cnnindonesia.com